Minggu, 01 Agustus 2010

Haku's Diary

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Summary : Sakura menemukan sebuah buku yang tergeletak tak berdosa si gudang rumahnya ; warning : abal, gaje, cacat, LEMON! tunggu, LEMON? rated K+ tapi ada lemon? kok? readers pastiin sendiri aja deh

I hope u enjoy it


Haku's Diary

'apa aku harus melaporkan pada ibu? Oh hatiku berkata tidak, tapi.. yah mungkin lebih baik tidak, untuk sementara ini'

FLASHBACK

"PR macam apa ini? Soalnya dua baris, caranya dua lembar, grrrhh, pak hatake kejam banget" keluh seseorang berambut pirang panjang yang diikat kuda, seperti biasa

"um, iya banget!" responku menyetujui

"Aku pingin refreshing, hoam," kata temanku

"Kemana? Gudang? Haha autis lu," gurauku

"apa? Gudang? BIG NO! Kulitku bisa gatel-gatel kalo kena debu,"

-siinng-

-hening-

-diam-

-siinngg-

"prikitiw,"

"Suara apa itu? prikitiw?Tanya temanku

"Oh itu mah suaranya si naruto, dia kan ga dapet peran apapun di fict ini, jadinya author nyuruh dia buat jadi pohon ajaib yang bisa ngomong gitu,"

"Oh," temanku mengangguk tanda mengerti

"Gudang?" tanyaku sedikit menantang

"eum, tapi.. wokelah siapa takut!"

"Ayo!"

Akhirnya kami memulai perjalanan super pendek kami -ke gudang rumahku-. Langkah demi langkah kami nikmati dengan senang hati dan bahagia (mungkin lebih tepatnya aku yang senang hati, Ino –temanku yang berambut pirang itu- sepertinya merasa terganggu karena mungkin dia akan menerima gatal gatal setelah kembali dari tujuan, gudang) 1..2..3..

"Hoila! Selamat datang di gudang keluarga Haruno!"

"Ssstt, eh, berisik," protes Ino

"Woke, maaf,"

Kami melihat - lihat isi gudang, aku sudah bosan karena aku sudah sering masuk keluar gudang, -yah tentu saja, ini rumahku-, aku dan Ino sudah mau pergi meninggalkan gudang berdebu itu. Tapi niat itu aku urungkan saat pojok mataku melihat suatu buku usang bersampul ungu yang tergeletak tak berdosa di sebelah guci pecah yang tak kalah usangnya. Timbullah rasa pensaranku, aku ingin melihat buku ungu itu, tapi ada suara yang kukenal, sangat kukenal, suara itu mampu mengganti perasaan penasaranku menjadi rasa bersalah. Suara itu..

"Sakura, ayolah, kamu mau membuatku berjamur atau apa? Kau mau dihukum pak Hatake karena tidak mengerjakan PR?" yah, suara Ino

"Iya, iya, hehe maaf, udah nunggu berapa lama, no? haha sori,"

"5 jam! Ga deng 10 menitan palingan mah, ngapain sih kamu disitu? Ritual DJ? Aduh ga deh, kamu mau jadi ka Hidan apa? Ih ogah deh aku temanan sama orang yang sesat menyesat-"

"wowowow, kamu ngomong apa, No? bisa ga ngomongnya pelanin dikit, ga usah pake banjir juga dong, eh!" potongku

"eum? Haha emang secepet itu? ayo mulai ngejain PR lagi,"

"Kemon,"

Orang itu sukses membuat rasa penasaranku hilang, untuk sementara ini,

Esoknya—

"Sakura sayang, tolong ambilkan map ungu mama di sofa ruang tv ya!" titah ibuku

'ungu? Kok aku merasa déjà vu ya? Ungu apa? Kipas angin? Buku? Gudang? Eh, buku dan gudang? Oh iya baru inget buku yang di gudang itu, haha, kenapa bisa lupa sih?' gumamku dalam hati

"Sakura? Mapnya sayang," titah ibuku sekali lagi

Dengan sigap, aku mengambil map ibuku dan langsung menuju kamar ibuku, kamar kerja ibuku. Setelah itu, aku langsung bergegas ke gudang, menuntaskan rasa penasaranku, aku berjalan menuju tempat semula aku menemukan buku ungu itu, di sebelah guci usang. Dan ketemu juga buku itu. Di sampul bukunya tertempel label ukuran besar yang diberi tulisan : Shiro Haku's diary. Kubuka lembar pertama buku tipis itu dengan perasaan gundah (mungkin saja ada ranjau yang tiba tiba keluar dari buku itu, siapa tau?)

15 Februari 1974

'Oh jadi ini buku tua,' bisikku setelah membaca tanggal itu, tentu saja terkejut! Akupun melanjutkan membaca

Hari ini ayah memberiku hadiah karena aku sudah keluar dari rumah sakit sialan itu! haha mau tau hadiahnya apa? Ya BUKU INI! Haha senang sekali aku, ayah tau saja kalau aku memang menginginkan sesuatu untuk ditulis, apalagi berwarna ungu,-warna kesukaanku- haha terima kasih, Yah!

16 Februari 1974

Besok, aku sudah dibolehkan masuk sekolah! ASIK! Haha, senang sekali. Bertemu dengan si Sarutobi yang suka bercanda, Zabuza yang selalu menghiburku di segala situasi. Haha tak bisa membayangkan bagaimana reaksi mereka saat aku sudah mulai masuk sekolah. Senangkan? Terkejutkah? Haha ini akan menjadi suatu kejutan menyenangkan bagi mereka, untukku juga. haha aduh bagaimana ini? Aku tidak bisa berhenti tertawa. Aduh mungkin besok aku harus pergi ke dokter hewan untuk menghentikan tawaku ini, haha bercanda kok! Jam berapa ini? Astaga sudah jam 10 malam. Pantas saja mataku sudah berat, seberat barbell! haha berlebihan, aku harus menyimpan tenaga yang cukup untuk menjalani hari yang sangat-penuh-kegembiraan-dan-kejutan besok haha! Selamat tidur!

Aku membuka halaman selanjutnya dengan tidak sabar (baca : bringas)

20 februari 1974

Ah sudah berapa hari aku tidak menulis diary? 4 hari? Oh maafkan, diary! mungkin aku terlalu senang karena sudah masuk sekolah dan bertemu teman temanku lagi, haha ternyata setelah 5 bulan, sekolah tampak berubah! Sekarang cat gedungnya bukan hijau lagi melainkan PINK! Wew adikku, Menma, pasti akan terkejut saat dia datang ke sekolahku, pink itu kan warna kesukaannya, haha! Eh diary, tahu tidak? Saat Zabuza dan Sarutobi melihat kedatanganku, mereka langsung terkejut sampai sakit ayan! Haha bercanda, mereka tidak ayan kok, tapi tetap saja mereka terkejut! Haha congrats Haku, kau telah membuat mereka terlonjak kaget, oh sekarang sudah malam sebaiknya aku tidur,

21 Februari 1974

PR biologi sudah menumpuk! Huh, malas sekali mengerjakannya, biologi lagi- biologi lagi! Aduh tidak ada pelajaran lain sesusah biologi apa? Oh mari berpikir, umm, eh ada! Palajaran IPS itu yang paling susah! Haha, mana bukunya tidak berwarna, pula, mana mungkin aku bisa belajar dengan baik kalau bukunya tidak berwarna? Yah, mungkin buku itu akan semakin bagus kalau ditambahkan gambar lucu atau apa. Tapi, ini tidak sama sekali! Mungkin lain kali aku harus protes ke penerbit buku itu untuk diberi warna, khususnya warna ungu! Haha oh iya! Biologi! Eum harus buru buru, nih

Saat halaman itu berakhir, aku baru ingat kalau aku membaca diary itu di gudang,

"oh, diary itu mengacaukanku haha," bisikku tidak jelas

Aku segera meninggalkan ruangan penuh sesak dan berdebu itu, aku bergegas ke kamarku. Dengan secepat kilat, aku sudah sampai ke kamarku. Setelah mencari tempat duduku yang aman dan nyaman, aku langsung membuka halaman selanjutnya

22 Februari 1974

Aku sudah mulai batuk, dan jangan lupa dengan darahnya! Hari ini aku sudah 2 kali batuk berdarah, huh, aku sudah tak tahan lagi, apa aku beritahu ibu ya kalau aku sakit lagi? Beritahu saja deh. Oh tidak, aku baru keluar dari rumah sakit beberapa hari yang lalu tapi sekarang aku sudah kambuh? OMG sedih sekali nasibku huhu, apa aku harus berpisah dengan Zabuza? Oh tidak akan, aku saying pada Zabuza, sahabatku sendiri, aku baru bertemu dengan dia – tentu saja setelah aku pulang dari rumah sakit – beberapa hari yang lalu, uh penyakit ini sudah membuatku geram! Tidak bisa dibiarkan! Grrrhh, aku akan bersedia jika aku masuk rumah sakit sialan itu berbulan bulan lagi, asalkan penyakitku, sembuh total, total setotal totalnya, tapi kemungkinan itu kecil, keciill sekali. 1 : 1.000. Tapi walaupun kecil masih ada kemungkinan kan? Oh sial, aku baru saja mengotori kertas diaryku dengan darah, mungkin aku tidak akan sesesak ini kalau batuknya hanya mengeluarkan dahak, tapi apa ini? Darah, huh, aku tidak mau jika aku ma– oh tidak, apa yang kupikirkan? Aku mendoakan diriku sendiri mati? HELL NO! Pokoknya aku harus membanggakan orang tuaku, teman temanku, guruku, semuanya, di sisa hidupku, sisa hidupku...

Saat aku akan membuka halaman selanjutnya, ternyata, halamannya banyak yang robek, hilang, atau semacamnya, aku membuka halaman terakhir dari diary itu, catatan terakhir dari diary itu, diary milik Haku, Shiro Haku

3 januari 1975

Aku sudah tidak tahan lagi dengan penyakit yang satu ini, sudah berbulan bulan aku di rumah sakit ini, tapi bukannya aku semakin sehat malah aku semakin lemah, huh, sebal, aku punya foto, diary. Fotoku dengan teman temanku, Asahi, Zabuza, Sarutobi,dan Kanami

'Sebentar, Kanami? Itu kedengaran seperti nama ibuku, Kanami Haruno, siapa dia, siapa Haku?' gumamku dalam hati 'Sebaiknya aku membaca lebih lanjut' tambahku

Aku akan menempelkan foto itu sebagai kenang kenangan di diary ini, mudah mudahan foto ini tidak hilang, mungkin sebaiknya aku titipkan pada ibu—eh sebaiknya tidak, sarutobi dan zabuza pasti akan menghilangkannya, asahi? Oh yeah, tentu saja Asahi, Asahi yang pendiam dan gampang nurut pasti akan menjaga buku ini baik baik. Tapi Kanami juga bisa menjaga buku ini baik baik? Ah warisan yang membingungkan haha, biarkanlah mereka yang me-rapat-kan sendiri hehe, perempuan yang malas ya aku ini. Aduh sebal sebal, kenapa aku terus batuk saat aku menulis buku harian? Hhh, nyebelin deh, udahan ah, takut bukunya tambah kotor, hahaha

Aku membuka halaman selanjutnya dengan sabar (baca : malas). Saat aku membuka halaman selanjutnya, perasaanku tidak berubah sama sekali, malas. Halaman itu, dipenuhi oleh satu foto ukuran agak besar dan berisi lima orang remaja berpakaian seragam yang sedang bergaya di depan kamera. Yah, tidak ada yang kukenal di foto itu, foto lima remaja yang sama sekali tidak dikenal ku.

"Berarti Kanami yang dimaksud Haku itu bukan Kanami Haruno, mungkin saudaranya sendiri, Kanami Shiro, atau Kanami-Kanami yang lain. Tapi kenapa buku ini sekarang ada ditanganku?" aku mendesis tidak jelas

END OF FLASHBACK

'Aku tidak mengerti bagaimana alur pikiranku, dan apa yang harus dilakukan anggota badanku?Apa aku harus melaporkan pada ibu? Oh hatiku berkata tidak, tapi.. yah mungkin lebih baik aku laporkan.'

Aku bergegas menuju kamar ibuku, berniat melaporkan 'benda ungu' ditanganku ini. Aku menghirup dalam dalam udara di sekitarku. Aku rasakan rasa keberanian yang mulai masuk menumpangi oksigen yang kuhirup. Lalu ku hembuskan udara itu begitu saja. Namun keberanian itu mulai menyatu dengan diriku. Aku mulai mengetuk pintu. Aku mendengar suatu gumaman tak jelas dari dalam sana. Gumaman ibuku ang seperti mengatakan "iya masuk". Aku pun masuk ke kamar itu. Aku langsung mengatakan tentang 'benda ungu' itu.

"Ma, Haku itu siapa, ma?" tanyaku

"Apa? Siapa? Haku?" respon ibuku

"Haku, Ma, Shiro Haku, siapa itu? Teman mama?"

"Ah? Shiro?"

Aku membuka halaman terakhir seraya memberikan halaman itu pada ibu.

"Oh yang itu,dia it— "

Ibuku belum selesai menyelesaikan kalimatnya, tapi aku sudah memotongnya"Siapa ma?"

"Teman SMP mama," jawab ibuku

"Hah? Beneran, Ma? Disini ada foto mama?"

Ibuku menunjuk sesosok perempuan remaja berambut pink, dan paling pendek diantara yang lainnya "Nih,"

"Yang itu, ma? Terus, Haku kok batuk batuk sih waktu nulis buku hariannya?"

"Tapi sebelum mama menjawab pertanyaanmu, mama mau nanya, kamu ambil buku itu dimana?"

"Gudang ma," jawabku malas

"Hem.. bandel ya anak mama semuanya,"

"Ayolah ma, kan mama udah janji mau ngasih tau," aku membujuk

"Dia sakit TBC tau kan? –bukan to be continue—tuberculosis, tuberculosis yang amat sangat parah, dia meninggal karena sakit itu," ibuku merespon seraya menahan iba

"me-meninggal? Dia meninggal?"

"hem," jawab ibuku sekenanya

"Kita jenguk dia, ma, besok. Dia meninggal dengan cara yang sama dengan kakaknya temanku, ma, Arashi Uzumaki, kakak Naruto,"

"Iya, ibu mengerti,"

akhirnya kita berdua saling pandang aku menatap ibu dengan tatapan ma-aku-ngerti-perasaan-mama

ibuku menjawab dengan tatapan ya-ibu-tau

aku menatap ibuku lebih dalam naruto-pasti-sedih-sekali-saat-kakaknya-meninggal

Air mata ibuku akhirnya jatuh, terjatuh di celanaku, aku ikut menangis. Menangis karena Ibuku, mengangis karene Haku, menangis karena kak Arashi

Esoknya—

"Ini makam Haku, sayang." Kata ibuku

"Shiro Haku," aku menggumamkan kata itu seraya menaburkan kembang kuburan (1)

Setelah habis, aku dan ibuku berdoa untuk keselamatan Haku, agar Haku selamat diatas sana. Agar Haku, bisa aman di sisi-Nya.

Setelah berdoa, aku dan ibuku bermaksud untuk pergi, tapi aku melirik sekali lagi makam itu, dan kulihat tanggalnya. Haku meninggal di saat yang sama dengan kak arashi saat meninggal. Saat umur 15 tahun. Sanat muda, begitu banyak hal yang harus mereka lakukan, tapi maut merenggut merek, mau bagaimana lagi? Aku beranjak, dan pergi dari pemakaman itu. Bergegas menuju rumahku.

Aku dan ibuku kini berada di dalam sebuah mobil jazz sport silver. Tak ada yang berkata sepatah katapun. Aku dan ibuku diam. Diam karena terlalu sibuk dengan pikiran masing masing. 20 menit kemudian kami sudah sampai di dalam rumah kami yang nyaman. Aku berlari lari kecil menuju gudangku—gudang keluargaku—bermaksud mengembalikan 'buku ungu' itu ke tempatnya semula. Aku terdiam sebentar, lalu segera pergi dari gudang debuan itu. Tapi ekor mataku menangkap sesuatu, sesuatu seperti buku yang berwarna merah, beserta foto 3 orang remaja lelaki—sepertinya salah satunya ayahku— yang sedang berpose ditempel di sampul buku merah itu.

Aku membaca bordiran berbentuk tulisan itu di sampul bukunya "Idate's Diary,"

Aku menyeringai nakal, sambil mencomot buku itu dan berlari menuju kamarku. Dan.. kisah baru pun dimulai—

-OWARI—


Haha gomen deh kalo akhirnya ngegantung gitu, gaje banget kan? Aduh tadinya jalan ceritanya bukan begini, tapi malah jadi begini haha, autis aja. Tadinya mau disisipin puisi gitu deh –puisi copas—tapi ga jadi haha, susah nyari puisi yang pendek tapi mellow, huwaaa maafkan author gaje ini haha *dilempar tronton*

(1) Author, maaf ya, ga tau nama bunganya, jadi aja namanya kembang kuburan, haha, readers tau kan? Yang warnanya merah putih itu,- ga merah juga sih,- pokoknya yang suka ditaburin di kuburanlah

Terima masukkan, saran, kritikan, flame apalah

Sakura POV

Eits, lupa ngenalin diri. Haha maafkan author gaje nana abal nan jelek nan apapun yang jelek jelek *deathglare ke author, yang ditatap malah pundung dipojokan sambil mainin pasir*. Dia suka lupaaa~ jadi aja aku ga ngenalin diri hehe, namaku Sakura Haruno, sekolah di oto junior high school kelas 9. Yey bentar lagi lulus lo. Eh tapi jangan lupa, aku itu pacarnya cowok idola disekolah, Sasuke Uchiha, hihi. Eh baru baru aja, nem UN diumumin lo, mau tau aku dapet berapa? 40,5 –halah 40,05 –halah 39,99 –halah 37,80 deng haha, udah deh ya,

Sakura Ino + Ibunya Sakura : RnR pliss

see? so, RnR yaa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar