Rabu, 11 Agustus 2010

Teman

hai kalian semua para readers yang baik hati, tidak sombong, rajin menabung, membela kebenaran dan berbakti kepada orang tua nusa dan bangsa. Saya, Hanaya Muchiniwa a.k.a author gaje kembali dengan fict friendship lainnya yang tidak kalah autis dan gajenya. Sekasek, terinspirasi dari suatu cerita berjudul Lonely No More. Ceritanya seru, dan menyentuh. Semoga readers bisa puas baca fict ini. Lain dari yang lain, cerita ini ga disisipin humor kayak cerita saya yang lain. Jadi mungkin agak memboasankan (oke, ini emang membosankan) tapi mudah-mudahan readers semua bisa maklum karena ini cerita tentang orang yang baru dapet teman. Impossible banget kalo titibaan ada humornya nyelip gitu. Ok, berhasil berhasil berhasil HORE! Aku berhasil membuat fict friendship lainnya berhasil berhasil HORE! *dimasukkin sumur sama dora karena ngikutin stylenya

oke deh daripada bacotnya biin kalian semua ilfeel, mendingan langsung ajee

Disclaimer : My beloved honey bunny sweety boyfriend *bletak tuing jeger duar* Masashi-kun *JDUAAAAAARRR*

Summary : Aku melihatnya berjalan sendiri, sungguh miris. Apakah salah jika dia mempunyai teman?

Warning : AU, OoC, gaje, aneh, ngebosenin dan bla bla bla teman sebangsanya

Teman

Hinata POV

Bel berbunyi 4 kali. Pulang. Aku merapikan buku-buku yang berserakan di meja dan lalu memasukkan ke dalam tas indigoku yang lucu. Aku sudah bersiap untuk pulang. Namun, sesuatu menahanku. Perut. Aku lapar, akhirnya, tujuanku, kini bukannya pulang melainkan kantin. Kalau kau lapar pasti kau ingin makan, kan? Aku meninggalkan tasku di bangku lalu berjalan keluar kelas menuju kantin. Saat aku berjalan, tidak ada yang melirikku. Jangankan melirikku, menganggapku saja merupakan suatu keajaiban. Aku memang sedikit berbeda dari mereka, dengan mata yang aneh serta kepribadian tertutup. Menjadi berbeda bukan merupakan suatu dosa bukan?

Lagipula, siapa yang butuh teman?

End of Hinata POV

Sakura POV

Aku melihatnya berjalan sendirian. Benar-benar sendirian. Aku berpikir tapi aku sendiri masih bingung dengan jawabanku. Apakah ada orang yang memang ingin kesepian? Aku tidak tahu, yang jelas, kalau aku jadi dia, aku akan berontak dan ingin langsung pergi dari dunia ini.

Aku tidak pernah melihatnya berbicara denga orang lain, denganku juga begitu. Ia tetap diam sepanjang hari dengan anggapan bila ia ditanya guru tidak termasuk. Dan, jika memang dia ditanya guru, jawabannya selalu bagus, malah mungkin terlalu bagus untuk ukuran anak kelas 9 SMP sepertiku, dan dia. Dia selalu mendapatkan peringkat pertama, sesekali kedua. Tapi tetap saja, sendirian bukanlah alasan yang tepat baginya untuk belajar dan mendapatkan peringkat tertinggi.

"Dia itu alien dari planet mana, sih?" Ino berkata padaku suatu hari, saat istirahat makan siang beberapa waktu lalu "Dia engga pernah ngomong sama orang. Jangankan ngomong, senyum aja udah langka banget. Dia itu kayaknya emang bukan dari bumi deh. Liat aja matanya. Ya ampun, kepribadiannya tertutup banget, kayak membatasi dirinya dari lingkungan gitu. Astaga."

"Apa? Kenapa dia sampe segitunya, sih?"

"Ga usah dipikirin. Palingan entar juga punya teman. Biarin aja." jawabnya

End of Sakura POV

Hinata POV

Hari ini memang hari sial. Aku sedang berjalan melewati kelas IX-2 ketika seorang murid laki-laki dengan sengaja atau tidak sengaja menyandungku, aku kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Dan anak itu pergi dan meninggalkan aku bahkan tanpa mengucapkan "Im sorry," atau "Maaf," atau apapun sejenisnya.

"Jerk," aku mengumpat pelan. Kalau aku megumpat keras, itu bisa merusak citraku sebagai murid terdiam seantero sekolah. Aku mencoba berdiri, namun jatuh lagi dan sakit lagi. Aku mengumpat pelan lagi.

"Butuh bantuan?" suara itu menawarkan bantuan. Aku terpaku di tempat tidak bisa bergerak. Hanya melihat tangan yang digerak-gerakkan meminta sambutan di depan mataku. Aku pasti mimpi, tidak, ini bukan mimpi. Aku bahkan tidak pernah memimpikan seseorang yang berbicara padaku. Apalagi menolongku.

"Halooo, ada orang? Tidak ada? Baiklah aku akan menunggu,"

Aku tersadar dan melihat ke arah si empunya tangan. Aku tidak tahu dirinya, yang jelas, dia sangat cantik. Dengan mata emerald dan rambut tergerai panjang sepinggang, itu sudah membuktikan kalau dia primadona sekolah, yah, setidaknya primadona satu angkatan. Orang seperti dia tidak mungkin memerhatikan orang-orang yang tidak gaul atau eksis seperti dia. Aku tahu itu. Apalagi memerhatikan aku. Aku yang... aneh. Aku merasa kecil di hadapannya.

"Hinata, ayolah,"

Aku mengerjap, dia tahu namaku?

"Kau tahu namaku? Bagaimana bisa?" seingatku itu merupakan kalimat pertamaku yang ditujukan kepada orang di sekolah ini. Dengan anggapan guru tidak dianggap.

"Aku Sakura, kita sekelas." teman... sekelasku? Bagaimana bisa aku tidak tau? Oh ya, aku ingat. Aku selalu menudukkan kepala saat berjalan, duduk, berdiri dan sebagainya.

"Jadi, kau mau disini sampai kiamat?"

Tentu saja tidak, tapi...

Tanpa perintah dari siapapun, dia mengambil tanganku dan menariknya sampai aku berdiri, "Geez, kenapa sih susah banget buat kamu buat berdiri?"

Aku tidak menjawab. Atau lebih tepatnya tidak tahu jawaban.

"Nah," ia berkata lembut sambil tersenyum "mau jadi temanku?"

End of Hinata POV

Sakura POV

Anak itu menatapku tidak percaya. Ia tidak menjawab, mungkin terlalu bingung untuk menjawab.

"Kau diam, kuanggap iya," kataku "Kalau kau tidak mau bicara, kau bisa mendegarkanku dan diam. Tapi tentu saja lebih baik kau bicara,"

Hening

"Nah, ayo kita ke kelas, ambil tasmu dan pulang," Aku berjalan, dia menjejeriku

"Kau pulang naik apa?"

Dia tidak merespon

"Kalau aku pulang naik angkot. Angkot 08 dan 09. Sesekali juga dijemput ibuku,"

Yah, mungkin dia memang bukan dari bumi. Kalau dia dari bumi, sediam apapun dia pasti akan merespon. Tapi, sekarang bukan waktu yang pas untuk menyerah.

"Kadang-kadang aku suka sebal dengan supir angkot yang tidak mau mengembalikan uang 500-ku. Walaupun hanya 500 tapi kan itu bisa dipakai untuk menelepon. Atau apalah."

Hening lagi

"Karena teralu sebal, aku pernah iseng ke supir angkot."

Aku bermaksud memancing dia berbicara dengan menggantungkan kalimat, tapi tetap tidak berhasil.

"Aku membayar 1200 bukannya 1500. Kuselipkan uang 200-ku di uang 1000."

Aku bersumpah, kalau aku mempunyai bukti yang cukup untuk meyatakan teman mengobrolku-atau bisa dibilang teman mendengarku-itu alien, aku sudah menembaknya dengan bazooka.

Kami memasukki kelas. Ia berjalan menuju bangkunya, aku megikuti.

"Aku senang sekali mengobrol denganmu Hinata, semoga kita bisa menjadi dekat mulai hari ini." berpasang-pasang mata melihat kearahku dan Hinata bergantian. Namun aku maupun Hinata tidak memerhatikannya. Aku berjalan menuju bangkuku.

Tiba-tiba terdengar suara berat yang sudah sangat kukenal dari arah pintu "Sakura, jadi ga?" ya, Sasuke

"Tunggu sebentar," Aku balas berteriak. Dengan sigap, aku mencangklegkan tas di bahu dan berjalan kearah pintu keluar. Pas sebelum aku keluar, aku medengar seseorang berkata, kini suaranya lembut.

"Kenapa?"

Otomatis aku berbalik dan melihat siapa yang bertanya. Aku celingukan mencari siapa itu. Dan, Ternyata Hinata.

Ia bertanya lagi "Kenapa orang cantik dan primadona yang mempunyai beribu-ribu fans lelaki sepertimu memilih untuk memedulikan orang aneh... sepertiku?"

"Kenapa? Kau tanya "kenapa"? Jawabannya adalah, karena berteman bukan suatu kesalahan. Lagipula menurutku kau tidak aneh. Hanya sedikit, yah, berbeda. Tapi kalau kau mau sama dengan orang lain, kau bisa berteman denganku." matanya terpaku padaku. Dan bukan matanya saja, berpasang-pasang mata juga sedari tadi meihat kerahku dengan tatapan bertanya.

Aku berjalan keluar kelas mencoba meyusul Sasuke yang sudah beberapa langkah didepanku. Namun aku teringat sesuatu. Aku kembali lagi ke kelas dan berkata "Ngomong-ngomong Hinata," kataku setengah berteriak dari arah pintu, Hinata otomatis menengok kearah ku "bicara soal fans lelaki, aku sudah puya pacar. Dan kalau kau ngomong itu lagi, bisa-bisa pacarku cemburu. Oke?"

"Sakura, kau sedang apa?" tanya Sasuke yang kini sudah berada disampingku

"Hanya mengobrol dengan teman baru,"

Aku tersenyum pada Sasuke dan berkata pada teman indigo-ku yang baru "Dadah," kemudian Sasuke "Ayo!"

Aku menangkap sebuah kalimat sederhana yang diucapkannya agak keras sehingga aku bisa medengarnya "Makasih,"

End of Sakura POV

Hinata POV

Kemarin aku mimpi apa? Hari ini merupakan keajaiban! Lihat? Aku punya teman! TEMAN! Aku bahkan tidak pernah membayangkan mempuyai teman. Aku merasa sesuatu telah pergi dan digantikan oleh yang lain. Rasa kesepianku telah disingkirkan oleh sebuah kalimat ajaib bernama teman.

Aku tersenyum terus sedari pulang sekolah. Orang-orang menatapku dan mungkin mencapku gila. Tapi siapa peduli? Peduli setan. Yang jelas, aku punya seorang teman. Hahaha. Hari ini rasanya aku terbang bebas sebebas-bebasnya.

Tiba-tiba ponselku yang tidak pernah mendapat panggilan atau pesan masuk bergetar. Aku terkejut namun detik berikutnya aku berhasil mengendalikan diri.

"Hinata!"

"Hai!"

Semoga Tuhan membalas kebaikanmu, Sakura.

~-Owari-~

Maaf banget kalau jiplak. Tapi, jujur, ini memang terinspirasi dari cerita yang udah kusebutin diatas, tapi ga jiplaaak. Beneran.

Review? aku senang kalau direview :)

First Kiss in the Moonlight

Haloholaloha! Kembali lagi dengan fict romance lainnya yang membuat orang gerah dan ingin membejek bejek sesuatu. Oh yeah! Finally, aku bisa ngetik uga. Ditengah tengah kesibukkan kelas 8 yang menjadi-jadi. Maksudnya lebih sibuk daripada kelas 7 gitu. hehe. Ah hampir lupa ini birthday fict buat Sasuke lo! (walaupun teat dikit... oke telat banyak sealaiumgambreng) Haha. Ga copycat. Terinspirasi dari lagunya band errr bandnya errr nama bandnya errr yang vocalist sama guitaristnya itu... errrr guitaristnya itu... errr...vocalistnya itu... errrr *digebuk masa sekampung karena banyak bacot. Oke, this is it! Fict romance aneh ala author hanaya muchiniwa *disiram air panas sama farah quinn karena copycat gayanya XP*

Disclaimer : Naruto and all characters are masashi's but the story is mine :)

Pairing : SasuSaku

Summary : Sasuke berulang tahun. Dan, OH NO! Semua orang melupakannya. Tapi, kalau semua orang melupakannya, kenapa judul cerita ini first kiss in the moonlight? ==a

First Kiss in the Moonlight

Hari ini 23 juli. Ulangtahunku yang ke... 1 2 3, 16 tahun. Aku dapat hadiah apa ya dari Sakura? Penasaran. Pikir Sasuke.

Sasuke adalah seorang siswa kelas 2 SMA bergengsi di Konoha. SMA itu terkenal dengan muridnya yang pintar, ramah, dan khusus untuk Sasuke, tampan. Yang lelaki ingin jadi sahabatnya, yang wanita ingin jadi pacarnya. Aneh juga, rambut yang mengikuti pantat ayam, dan mata tajam menusuk bisa memikat wanita. Tak kenal itu tua atau muda, nakal atau baik-baik, jadi-jadian atau beneran. Semuanya, tanpa kecuali. Namun kali ini, yang beruntung adalah Sakura Haruno, murid kelas 1 di SMA yang sama dengan Sasuke. Mereka "jadian" saat Sasuke masih kelas 1 SMA. Tentu saja gosip tentang "kepemilikan" Sasuke menyebar luas, cepat, dan tidak akurat. Ada yang bilang Sasuke gay dengan memacari Naruto, ada juga yang bilang Sasuke dengan Hinata. Tapi, walaupun begitu, tetap saja cepat atau lambat, fans Sasuke mengetahui kalau orang yang sebenarnya adalah Sakura Haruno. Dan masa orientasi yang dijalani Sakura pun dijalani dengan berat, dan tidak adil tentunya.

"Sasuke, sarapan dulu. Nanti lapar!" titah Itachi, kakak Sasuke

"Sudah telat. Aku berangkat." Seru Sasuke dari garasi tempat ia memarkir motor kawasaki-nya. Sedetik kemudian, motor itu sudah tidak berada lagi di garasi Uchiha itu.

"Kebiasaan," bisik Itachi

.

"Aku telat, sial sial sial!" Sasuke mengumpat keras di dalam seraya mengendarai motornya lebih cepat, dan lebih lagi. Ia menempuh kecepatan yang seharusnya tidak normal di jalanan umum, tapi kalau Sasuke yang menyetir lain cerita.

Jam 7 kurang 15. Dan Sasuke sedang terjebak di lampu merah. Ia memukul stir dengan frustasi, "Sial! Kenapa harus saat upacara!"

7 kurang 10. Sasuke harus bersabar untuk menunggu kereta lewat di rel yang dilewatinya. Namun, kantong kesabaran Sasuke sudah menguap sejak setengah jam yang lalu. Dia mengumpat keras-keras "Parah! Ini kan ulang tahunku!" tik.. tik.. tik. Terdengar suara air hujan yang turun.

7 kurang 5. Dan, syukurlah. Kini Sasuke sedang memarkir motornya di parkiran. Sedetik kemudian, remaja pantat ayam itu sudah berlari-lari menuju lapangan. Selain takut terlambat, ia juga takut kehujanan. Sial sekali hari ini, pikirnya.

Hujan semakin deras dan makin deras saja. Sasuke melihat dari kejauhan lapangan itu, dan, sekali lagi, syukurlah. Tidak ada upacara. Mungkin karena hujan. Ia berlari lagi menuju pintu masuk sekolahnya. Dan yang terlihat adalah, sekolah itu ramai. Padahal SMA favorit itu jam masuknya itu am 7 kurang sepuluh. Tapi kok...

"Kenapa tidak masuk?" tanya Sasuke pada seorang remaja bertato segitiga terbalik, bau anjing yang belakangan diketahui berama Kiba.

"Karena guru-guru rapat sampai istirahat, sekarang kan hari pendidikan." Jawab Kiba enteng.

"Yasudah," Sasuke menjawab sambil lalu. Tidak memedulikan tatapan fans-fansnya. Sasuke menaiki tangga dekat ruang piket, tapi sebuah nama lewat di pikirannya. Dan nama itu yang membuatnya berbelok. Siapa itu? Tentu saja Sakura.

Sasuke berjalan menuju kelas Sakura. Tepatnya kelas X-2. Setelah sudah di depan mata, Sasuke memutuskan untuk tidak mengetuk, toh tidak ada guru. Akhirnya dia membuka pintu, dan langsung masuk dengan sikap acuh tak acuh. Lalu—tentu saja—menghampiri Sakura.

"Awwwwwww!"

"Kyaaaaa! Malu!"

"Aaaaa!"

"Aw, aw, aw!"

Sakura tercengang melihat kemunculan tiba-tiba Sasuke. Amun dengan cepat bisa mengendalikan diri "Ada apa? Ngapain masuk kelas orang sembarangan? KELUAR!"

"Yasudah," jawab Sasuke ringan.

"Aaaaa! Jangan marah! Tadi Cuma bercanda, kok." rajuk Sakura. Tentu saja Sasuke menurut, marahnya kan hanya bohongan. Ia menduduki bangku kosong di sebelah Sakura—yang tadinya diduduki Ino.

"Ingat kan sekarang hari apa?" tanya Sasuke dengan senyum 500.000 watt-nya.

"Hari... kamis?"

"Bukan. Istimewa."

"Errr, pendidikan?" jawab Sakura innocent.

"Anniversary." Sasuke terus memberi petunjuk.

"OIYA, SEKARANG KAN ANNIV-NYA NARUTO DAN HINATA!" teriak Sakura. Dan dengan sukses membuat 9 dari 10 orang di kelas menengok ke arahnya. Sebenarnya dari tadi juga menengok kearah mereka.

"Bukan, bukan. Lupa, ya?" bisik Sasuke. Jangan lupa mukanya yang merah.

"Lupa? Itu aku sudah ingat. Anniv-nya Naruto dan Hinata, kan?" tanya Sakura, dengan innocent tentunya.

Sasuke merasa dilupakan. Tanpa satu patah katapun keuar dari mulutnya, dia menghambur keluar dari kelas X-2 itu. Kini dada Sasuke rasanya sesak. Masa pacarku sendiri lupa ulang tahunku? Pikirnya. Saat sampai di ujung koridor lantai 1, Sasuke teringat Naruto. Dia pun berbalik dan kemudian berjalan agak cepat menuju kelas XI-3. Sedetik kemudian ia sudah berada di depan kelas. Kali ini, hanya kepalanya yang nongol di kelas. Ah, dan jangan lupa teriakkan fans-fansnya.

"Ada Naruto?" tanya Sasuke

"Belum datang," jawab seorang siswi bercepol

"Oke, makasih." Jawab Sasuke. Lalu ia berkata pelan "Kebiasaan. Datang selalu telat."

Dan sekarang, tujuan terakhir Sasuke adalah kelasnya sendiri. Mungkin saja disana ada orang yang mengingat ulangtahunnya. Mungkin...

Dan benar saja. Seorang remaja berambut hitam dan bermata onyx persis dengan Sasuke sedang menggambar. Ya, Sai.

"Yo, Sai!" paggil Sasuke dari kejauhan

"Yo! Baru datang?" jawab Sai

"Dari tadi, sih. Tapi ke kelasnya Sakura dulu." Kata Sasuke seraya menaruh tasnya di bangku belakang Sai.

-Sai menengok ke belakang- "Pasti pacaran." Jawab Sai enteng

"Enggalah. Masa pacaran di kelas? Mana ada!"

"Hn, hn." Sai mengangguk-angguk sambil mengeuarkan senyum menggodanya.

Beberapa saat mereka terdiam. Sai melanjutkan menggambar, sedangkan Sasuke menuju loker untuk mengambil keperluan yang ada. Dan siapa sangka? Di dalam lokernya terdapat berbagai jenis kado dan cokelat pemberian fansnya. Kalau ingat kado pasti ingat ulangtahun, begitu di pikiran Sasuke.

"Sai, ingat kan hari ini hari apa?" tanya Sasuke dari arah loker, setengah berteriak.

"Kamis!" jawab Sai berteriak

"Bukan! Istimewa!" jawab Sasuke lagi.

"ULANGAN BIOLOGI! MAMPUS BELUM BELAJAR!" teriak Sai. Yang dengan sukses membuat cleaing service yang lewat memolototkan matanya. "Mampus." Kata Sai pelan.

Mendengar itu Sasuke hanya bisa menghela napas berat.

'Bagaimana bisa semua orang melupakan ulangtahunku? Ya, dengan anggapan cewe-cewe genit itu tidak dihitung. Tapi kan memang teman segalanya buatku, apalagi pacar. Tapi kok malah mereka lupa? Aku ini penting tidak sih?' Pikir Sasuke

Akhirnya sisa-sisa hari itu berlangsung sangat panjang dan menyesakkan bagi Sasuke. Satu menit bagaikan satu jam baginya. Ingin rasanya ia cepat-cepat keluar dari sekolah sialan itu.

Dan bel pun berbunyi 4 kali. Pulang.

.

.

"Jadi, nih?" tanya seorang cewek berambut pink.

"Jadilah." Jawab yang kuning.

"Aku kasihan sama dia. Kan kasihan kita isengin." Kata seorang cewek berambut indigo panjang.

"Iya. Tadi keliahatannya dia marah, lo." Sahut si pink lagi.

"Nanti juga senang." Kata si rambut hitam

"Iya, pasti deh."

.

.

"Home sweet home." Kata Sasuke saat dia sudah sampai di rumahnya. Tujuan pertamanya adalah : kamar.

Ekor mata Sasuke melihat jam. Sekarang jam setengah 5 sore. Jam segini biasanya Sasuke menonton tv dengan pamannya, Kakashi. Dengan kecepatan cahaya, ia meraih ponselnya dan memencet beberapa nomer. Detik berikutnya, ponsel itu sudah menempel di kupingnya. Terdengar nada sambung, satu kali, dua kali, tiga kali, empat kali...

"Halo? Paman!" sapa Sasuke

"Maaf, Sasuke. Paman sedang sibuk sekali."

"Paman sibuk? Pasti tidak lupa hari ini hari apa, kan? Iya, kan?"

"Kamis, kamis. Udah, ya!"

Pamannya memutuskan sambungan tanpa meminta persetujuan Sasuke dahulu. "Sial." Umpat Sasuke

"Ck, mau buka facebook sama twitter dulu sajalah." Kata si pantat ayam itu. Dengan sigap, ia mengambil sebuah laptop apple dari tas sekolahnya—yang berubah menjadi tas laptop bila dibutuhkan. Memasang modem, dan dimulailah aksi Sasuke.

Pertama-tama ia membuka facebooknya. Notifications: 99. Sasuke membuka profilenya. Dan, seakan-akan semua udara di sekitarnya menghilang. Dadanya sesak. Mengapa? Karena dari orang-orang terdekatnya, paman Kakashi, Sakura, Naruto, Sai, Hinata, tidak ada yang mengucapkan ulang tahun padanya. Sungguh miris.

Lalu twitter-pun tidak banyak perbedaannya dari facebook. Mention Sasuke hanya dipenuhi oleh fans-nya yang sangat tidak penting sekali itu. Menyedihkan. Sungguh, hari ini Sasuke memilih untuk tidak punya hari ulangtahun daripada dilupakan oleh teman-teman terdekatnya.

"Pokoknya, Naruto, Sai, Hinata NO FRIEND! Sakura... lihat saja." gumam Sasuke seraya menutup laptop applenya.

Ia meregangkan otot-ototnya sebentar, lalu melirik jam dinding sebentar. 6 sore. Sasuke berpikir mungkin kalau tidur akan melupakannya dengan hari ini. hari menyesakkan. Ia membaringkan tubuhnya di kasur. Rasanya empuk. Dan, empuk adalah yang diperlukan Sasuke untuk mengisi ulang tabung udaranya. Agar tidak sesak.

.

.

.

Jam menunjukkan pukul 9, dan sesosok orang berambut pink tengah menunggu dengan gelisah.

"Naruto mana, sih? Hinata juga." kata sosok itu

"Sakura! Naruto dan Hinata mana?" tanya seorang lagi yang baru datang. Berambut hitam dan bermata oynx.

"Belum. Sedang pacaran mungkin. Sekarang kan anniv mereka."

"Hn,"

.

.

.

"Hoam! Sekarang jam berapa?" Sasuke meregangkan otot-ototnya sebetar lalu melirik jam, setengah 10 malam. Ia lalu mengambil ponsenya yang tergeletak begitu saja di meja belajarnya. Berharap ada pesan masuk atau missed call. Dan benar saja. Ada 3 pesan masuk dan 1 missed call. Sasuke membuka dengan semangat tanpa melupakan adat-istiadat Uchiha. Namun kali ini Sasuke memang harus kecewa. Diantara 4-itu tidak ada yang dari teman dekatnya. Apalah hidup ini.

.

.

.

"Hinata! Naruto! Kemana saja, sih?" omel si rambut pink, yang berambut hitam mengangguk menyetujui.

"Maaf, tadi kami... sekarang kan kami 3 tahunan. Tidak lihat jam." Jawab si rambut kuning seraya menggaruk belakang kepalanya.

"Yasudah, kita harus cepat-cepat. Sudah terlambat nih!" kata si rambut hitam

"Memang sekarang jam berapa?" tanya si kuning

"10 kurang 15. Ayo cepat!"

Mereka segera menghambur masuk ke dalam mobil hitam yang dikendarai Naruto untuk sampai ke tempat itu.

"Naruto! Kuenya bawa kan?" tanya si rambut pink dari jok belakang

"Kuenya oke." Jawab si kuning dari arah kemudi.

"Kalau hancur, kau yang tanggung jawab." Kata Si pink

"Sakura, kalaupun kuenya hancur pasti kan Naruto tidak sengaja." Bela si rambut indigo

"Lagipula dia kakak kelasmu," sahut si rambut hitam

Si rambut kuning hanya tertawa garing.

Mobi itu pergi dengan kecepatan tinggi, menghilang dalam kabut tebal malam hari 23 juli itu.

.

.

.

10 lewat 10. Dan di dalam kamus Sasuke matahari terbenam pada jam setengah 11 malam. Tidak ada tanda-tanda mengantuk di mata Sasuke yang berkantung tipis. Amat tipis. Hampir tidak terlihat.

Sasuke masih merasa sesak dalam dadanya. Mungkin sedikit merasa kedinginan bisa membuatnya normal. Ia menaiki tangga yang berada di sebela kasurnya. Saat sampai di puncak, Sasuke menorong pintu diatasnya. Dan terlihatah atap kediaman Uchiha. Saat sudah sampai diatas, ia meutup pintu itu dan berjalan menjaui pintu. Ia membiarkan udara dingin menusuk tubuhnya yang tidak memakai jaket. Lalu, ia berhenti di ujung pojok atapnya itu. Sasuke tidak mengerti, mengapa ia bisa disitu? Dan, kalau dia mau selangkah lagi... dia akan... mungkinkan...?

Sayup-sayup terdengar suara benda jatuh dari arah bawah. Sasuke tidak menghiraukannya. Mungkin kucing, pikir Sasuke.

Suara itu terdengar lagi, kini diiringi dengan suara manusia. Sasuke merinding. Apa mungkin...?

Sasuke tidak berani berkata-kata. Perlahan-lahan terdengar pintu balkonnya terbuka. Ia berjalan menjauhi ujung atap itu dan alu turun ke bawah, ke kamarnya.

"HAPPY BIRTHDAY!" beberapa remaja berwarna rambut aneh mengucapka selamat ulang tahun padanya. Sosoknya mengabur. Sasuke terpaku ditempatnya

"HAPPY BIRTHDAY!" ulang mereka. Kini sosok mereka sudah jelas di mata Sasuke. Mereka itu kan...

"Sasuke, maaf baru sekarang." Kata Sakura yang diiringi dengan anggukan dari yang lain.

"Apa? Kenapa? Baru sekarang? Baru ingat aku ulang tahun? Oke, kalian boleh pergi sekarang." Kata Sasuke sinis

"Kami kan mau buat kejutan, biar Sasuke senang." Kata Hinata

"Yep, persis." Sahut Naruto menyetujui

Sasuke melirik mereka satu persatu lalu melihat kuenya "Aku tidak makan makanan manis,"

"Yasudah kuenya buatku," sahut Naruto seraya mengambil kue dari pegangan Sakura yang tentu saja disambut dengan jitakkan Sakura. "Ini buat Sasuke!"

"Tapi kan dia tidak suka!" jawab Naruto

"Ini kan ulang tahun Sasuke!"

"Baiklah," Naruto mengembalikan kue itu pada Sakura.

Sasuke terseyum simpul. Ia merasa sedikit tersentuh dengan teman-temannya. Datang malam begini ke rumahnya dan masih bisa membuatnya tersenyum—dalam hati tertawa. "Sini kuenya." Sasuke mengambil kue dari pegangan Sakura. Sakura tersenyum lembut.

Akhirnya sisa hari itu mereka habiskan dengan mengobrol, tertawa, bergosip—kalau yang ini Sasuke tidak ikutan—dan juga bercerita. Semuanya yang bisa membuat Sasuke senang di sisa hari ulang tahun itu.

Sai melirik jam dinsing di belakangnya, 11.32. Ia tidak bisa membayangkan ekspresi orang tuanya saat tau dia pulang malam.

"Sasuke, maaf, aku pulang ya?" izin Sai pada si empunya acara

"Hn," jawab Sasuke.

Beberapa menit kemudian Naruto dan Hinata juga minta izin pulang. Sudah larut malam. Namun Sakura belum pulang.

"Kau tidak pulang? Sudah malam." Kata Sasuke pada Sakura

"Males ah. Mau nginep disini aja, boleh?" tanya Sakura

"Tidak apa-apa?"

"Iya, dijamin."

"Yasudah," kata Sasuke

"Sasuke ke atas yu?" ajak Sakura

"Boleh." Jawab Sasuke.

Mereka menaiki tangga menuju atap itu dan mendorong pintunya. Mereka memilih duduk di sofa yang sudah ditaruh Sasuke disana alih-alih di ujung pojok atap itu seperti yang tadi Sasuke lakukan.

"Sakura," panggil Sasuke

"Hn?"

"Tadi aku tanpa sadar ingin bunuh diri disini." Adu Sasuke

"Yaampun,"

"Untung tadi kalian datang." Kata Sasuke

"Lalu?"

"Tidak jadi."

"Baguslah," Sakura menghela napas

Lama mereka terdiam menikmati embusan angin dingin menusuk yang menerpa wajah mereka.

.

"Sakura," panggil Sasuke lagi kemudian

"Hn?" respon Sakura tanpa menengok kearah lawan bicaranya

"Tidak dingin?" tanya Sasuke

"Tidak,"

"Hn,"

Mereka terdiam lagi. Terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing.

.

"Sakura," panggil Sasuke lagi

"Apa?" respon Sakura

"Kau membuat kejutan ini dengan pamanku?" tanya Sasuke

"Paman? Yang mana?"

"Oh, bukan ya." Renung Sasuke

"Kenapa?"

"Pamanku juga melupakan hari ini. Dan itu sengaja." Jawab Sasuke

"Sabar deh, ya."

"Hn,"

Mereka terdiam lagi~

.

"Sakura?" panggil Sasuke lagi

"Apa sih?"

"Tadi kenapa ada suara orang jatuh? Sebelum kalian masuk kamarku tanpa permisi itu," kata Sasuke

"Oh, tadi Hinata naik tangga, karena pakai rok, dia jadi sambil menutupi roknya, eh malah jatuh. Untung ditagkap Naruto, kalau tidak bagaimana jadinya? haha," jawab Sakura

"Hn,"

.

"Sakura?"

"Apa lagi? Kenapa kau jadi mendadak cerewet begini sih?" respon Sakura

"Kau yakin hanya memberiku kado itu?" kata Sasuke seraya menunjuk bugkusan kado di pangkuannya

"Maksudnya?" tanya Sakura tidak mengerti

"Aku ingin dicium." Sahut Sasuke

"Sasuke, lihat! Sekarang bulan purnama." Kata Sakura mengalihkan topik pembicaraan

"Aku tahu." Kata Sasuke serius seraya mendekatkan wajahnya ke arah Sakura.

5 cm

Sakura masih belum berani mencium Sasuke.

4 cm

Sakura masih bingung, apa yang aka terjadi jika dia membalas ciuman itu?

3 cm

Sekarang, Sakura sudah mantap akan mencium Sasuke, tapi...

2 cm

"AAAAAAA Kecoaaaaaaaaakkkk!" teriak Sakura

"Mana? Mana? Gyaaaaaaaaaa!" Sasuke reflek menjauh. Dia takut kecoak juga, sih

"Ga ada! Hahaha."

"Sakura nyebelin, ah." Sasuke berbalik menuju ke pintu.

Namun gagal karena detik berikutnya Sakura menarik Sasuke dan langsung menciumnya. Walaupun tidak profesional, yang penting namanya ciuman.

Lama mereka berciuman tanpa memikirkan perasaan author disini yang jamuran. Author ewa ngeliatnya, jadinya author pergi bentar ke kamar mandi~

Pas udah balik dari kamar mandi mereka masih ciuman. Malah mereka makin nepsong. Author nyesek liatnya, jadinya author pergi jajan dulu ke warung~

Tepat setelah Author balik dari warung mereka selesai berciuman. Kehabisan oksigen rupanya. Author menghela napas lega.

"Sekarang jam berapa?" tanya Sakura lembut setelah mereka berciuman

"12 lewat 12." sahut Sasuke sambi tersenyum.

"Tidur, ah." kata Sakura

"Ikutan,"

Mereka berdua beralan menuju pintu untuk menuju kamar Sasuke

"Pokoknya aku tidur di kasur." kata Sakura

"Apa? Darimana kemana? Ini kan kamarku!" bela Sasuke tak mau kalah

"Tapi kan aku cewek." kata Sakura

"Iya deh. Ngalah sama cewek."

"Haha, gitu dong!" sahut Sakura sambil tertawa kemenangan

"Tapi ada syaratnya," sahut Sasuke, Sakura meyipitkan mata tak mengerti, "Kamu mimpiin aku,"

"Wooo najis, haha."

"Yasudah," kata Sasuke sambil membaringkan tubuhya di kasur

"Iya deh iya, sana ke sofa," kata Sakura sambi menunjuk sofa di sudut kamar

"Iya, iya."

Sasuke beralan menuju sofa

"Sasuke," panggil Sakura

"Hn?" respon Sasuke

"Jangan buka baju, ya?"

"Ap-apa? Buka ba-baju? Enggalah!" bantah Sasuke

"Yaudah, met tidur, ya." kata Sakura sambil menguap

"Iya, kau juga. Jangan lupa mimpiin aku," kata Sasuke. Namun tidak ada jawaban. Sudah tidur rupanya Sakura.

"Kalau tidak.. kucium kau," Sasuke menambah dengan gumaman kecil seraya berjalan menuju steker lampu dan mematikannya.

tek, blam

~-owari-~

Jadi juga, huuuuhh. cerita gaje dari author yang gaje pula. bagus ga? bagus ga? apa bagus? emaaaaaannnngg *bletak tuing jger* haha canda. oiya yang buka baju tuh maksudnya Sakura takut kalau Sasuke buka baju pas tidur. bukan adegan rating M tenang weh atuh haha.

RnR? author disini pasti akan seneng kok kalau direview :)

Minggu, 01 Agustus 2010

Pain Pulang Kampung

Disclaimer : My beloved brother, Abang Kishi *ditabrak tronton*

WARNING : OoC, GARING, ANEH, CACAT, dan teman teman sebangsanya, ONE-SHOT

Prologue
Pain? Siapa itu Pain? Pain tau bukannya bahan buat bikin baju, ya? *JEGER*

Bukan bukan, Pain adalah makhluk nista yang menjadi ketua geng yang nista juga namanya akatsuki, geng yang amat-sangat-tidak-eksis-banget-deh

Oke, Akatsuki itu apa?

Wajar kalau kalian ga tau Akatsuki soalnya Akatsuki emang ga eksis. Akatsuki itu perkumpulan remaja-beranjak-dewasa yang pingin eksis tapi ga kesampean. Contohnya, kita ambil aja sampel 2 anggota Akatsuki, Pain : dia itu pengen eksis jadi dia pake pierching buanyak banget, tapi karena itu, orang-orang malah ngecap dia gila, jadi dia bikin perkumpulan akatsuki deh, terus contoh 1 lagi. Konan : dia itu dulunya cewek normal. Tapi semenjak ketemu Pain yang piercingnya naujubilah banyaknya, dia langsung jatuh hati terus ngdeketin Pain. Author aja yang bikin cerita ini ga ngerti kenapa Konan suka sama Pain. Oke, Pain juga sebenernya udah suka sama Konan. Kayak love at the first sight gitu deh. Tapi mereka berdua ga mau jujur satu sama lain. Sampe sekarang! Sampe cerita ini dibuat.

Yang lain?

Kakuzu : matre abis; Sasori : hobinya maen boneka barbie sama nge-mix boneka; Itachi : hampir semua urusan yang dia kerjain ga pernah beres. Kenapa? Soalnya dia sibuk terus ngurusin kerutannya yang ga ilang-ilang; Kisame : ngefans banget sama ikan, ikan di comberan aja dipuja-puja; Zetsu : kalo dia ngefansnya sama taneman; Tobi : dia itu lucu banget, anaknya autis autis gimanaaaa gitu, author ngefans banget sama Tobi, GO TOBI!; Deidara : dia itu hobinya maen clay, dia juga kadang kadang suka jadi babysiter Tobi kalo disuruh Pain tentu saja, oiya satu lagi, dia itu suka banget ngomong "UN" ga tau deh kenapa;Hidan : oke yang ini skip aja
*HIDAN : KUKUTUK KAMU*
oke sabar, Hidan itu orangnya "ganteng" banget udah gitu dia muja-muja dewa jashin, suka ritual ritual gitu deh. Taat banget sama DJ

Oke enjoy ceritanya, ya!

Saat Pain Pulang Kampung

Kriiiiinngg... Kriiiinngg

Telepon di markas rahasia geng paling-ga-eksis berdering di ruang tengah. Karena Tobi yang paling deket, jadi, Tobi yang angkat

"Aku Tobi Anak Baik, ini siapa? Halau!"

"Pain, Pain, Pain! Mana dia?" Wanita di seberang telepon itu tereak tereak di teleponnya

"Kakak Pain lagi nonton video Ariel," Tobi ngejawab pake muka melas tanpa dosa yang sayangnya ga bisa diliat oleh orang lain, author aja ga bisa liat

"Dia harus tanggung jawab, tanggung jawab, mana dia? Mana dia? MANA DIAAAAA!" wanita itu malah makin histeris tereaknya, kayaknya emang udah diniatin deh dari awal

"Sebentar, ya." Tobi segera berlari-lari dramatis ke kamar Pain lalu saat sudah sampai depan pintunya, Tobi ngetuk (baca : gedor) pintu

"Hoi, siapa sih tuh diluar? Bosen idup bukan?" setelah mematikan DVDnya Pain bangkit lalu membuka pintunya "Ada apa, Tob?"

"Ada yang nelepon minta tanggung jawab katanya, dia perempuan."

"Ada apa Pain?" Tiba tiba aja Konan dateng sambil ngelus ngelus perutnya yang buncit

"P-perut kamu kenapa, konan?" tanya si Pain yang mendadak pucat waktu ngeliat perut Konan yang membuncit

"Ga tau nih, ga tau sembelit ga tau cacingan. Tapi doain aja ya, kalo misalkan ada cacing di perutku ini bisa lahir dengan selamat dan menjadi cacing yang berbakti dan patuh,"

Tobi nyengir ga keliatan, Pain sweatdrop

"Amin.." Sahut Tobi "Eh, kayaknya ada yang lupa, ya? Ngerasa gak, kak?" imbuhnya

"Eh? Ga ah." Jawab Konan

"Apa ya? Kayaknya ada yang lupa juga, ada yang kurang gitu. Apa ya?" Kini Pain yang menjawab. Saat Konan melihat ada sesuatu seperti ulekan tapi bukan di tangannya Tobi, Konan bertanya "Kamu ngapain bawa telepon?"

"TELEPON!" Teriak Pain dan Tobi bersamaan

Tobi langsung memberikan teleponnya itu. Namun naas, sambungannya sudah dimatikan oleh wanita tadi. Tapi, untungnya, perempuan itu menelepon lagi

Kriiinnngg...

"Ayo kak cepet diangkat!" teriak Tobi yang dengan sukses membuat Hidan marah marah soalnya ritual DJnya diganggu

"Halo,"

"HOI! PAIN! TANGGUNG JAWAB, TO*!" perempuan yang berada di dalam maksudnya diseberang apalah telepon itu terak tereak, "Tobi aja bisa denger," gumam Tobi

"TANGGUNG JAWAB NAON? SAHA IEU TEH? AYA NAON SIA? (1)" logat sunda Pain mulai keluar *waaaa ternyata pain lahir di sunda –takjub-*

Konan udah waswas jangan jangan Pain ngehamilin orang? Wah jangan sampe, gimana nasibnya kalo Pain sampe ngehamilin orang?

"ADEKMU KERACUNAN MAKANAN YANG KAMU KIRIM KEMAREN, PAIN! TAU?" suara di seberang sana masih aja nereakin Pain

"MAKANAN APA?" tanya Pain tak kalah galak

"ASINAN BOGOR YANG KEMAREN KAMU KIRIM ITU!"

"ASINAN? BUKAN ASINAN ITU MAH! ITU TUH ES BUAH!"

"ASINAN!" cewek di seberang tetap keukeuh kalo itu asinan, soalnya rasanya asin sih

"ES BUAH!" Pain ga kalah keukeuh

"Dibilangin ngeyel!"

"Yaudah aku tanya aja ke Kakuzu, kemarin dia yang bikin es buahnya." Akhirnya Pain memutuskan dengan bijak

"Kakuzuuuuu hoiii!" Pain manggil Kakuzu setelah teleponnya dijauhkan sejauh-jauhnya *takut meledak?*

"Ada apa, sih? Kan, aku jadi lupa tadi ngitung uangnya udah sampe mana. Gara gara Pain sih!" Kakuzu ngomel ngomel sendiri dibalik cadarnya

"Kemarin kamu bikin es buah resepnya apa?" tanya Pain

"Ya buah dong, masa iya dimasukkin cabe sama tomat, sinting."

"Abis buah apalagi?" Pain menatap Kakuzu dengan tatapan jujur-ato-ga-lu-mati

"Garem," Kakuzu ngejawab enteng lalu menambahkan "nanya gitu doang, kan? Aku balik, ya!" Kakuzu sudah mau melenggang pergi sebelum bagian belakang cadarnya ditarik Pain

"NANI?"

"Jadinya tuh gulanya abis, terus, pas beli ke warung gulanya mahal, jadinya pake garem, deh. Garem kan masih sodaraan sama gula ini."

Mendengar itu, Pain langsung marah. Tapi ga ada prapatannya. Kenapa? Soalnya ga ada tempat buat naro prapatan, pierchingnya makan banyak tempat sih (?)

"Kakuzuuuuu!" Pain menggeram, namun sialnya Kakuzu udah keburu kabur. Bilangnya ke author sih mau kasih makan ayam

Pain mengambil telepon lalu mendekatkannya ke telinga "Hehe, itu pertengahan antara asinan sama es buah," Pain meringis

"Kalo gitu sekarang kamu pulang, ya!"

"Pulang kampung? Ke Ame?"

"Iyalah," jawab orang di seberang itu

"Oke deh, dadaaaah!"

"Dadaaaah," Pain sudah mau memutuskan sambungannya sebelu dia menyadari sesuatu "Woi! Ini siapa?" tuuutt tuuuttt tuuttt

"Kenapa Pain?" tanya si Konan yang dari tadi was was, takut si pain disuruh nikah lagi

"Disuruh pulang kampung," jawab si Pain murung

'WHAT? APPPPUUUAAA? MY BELOVED HUNNY BUNNY SWEETY PAIN THE MOST HANDSOME BOY EVER PULANG KAMPUNG? PAIN MAU NIKAH? APA KATA EMAK KALO PAIN NIKAH? KAN PAIN UDAH AKU PROMOSIIN DI KAMPUNG, HUWEEEE PAIN TETAPLAH DISIKU!' inner Konan tereak terak lebe

"Kakak mau apa pulang kampung?" sekarang si Tobi anak baik yang nanya, abis author kesian sih si tobi cuma kebagian ngangkat telepon doang –tobi ngedeathglare author, author diem aja. Kan deathglarenya ga bisa diliat :D-

"Adek sakit, Tob. Doain aja ya supaya adekku tersayang dan satu-satunya masih hidup dan dalam keadaan sehat walafiat tanpa cacat sedikitpun," Pain nangis dramatis

"Amin," Sahut si Tobi

"Mudah mudahan adekku masih bisa bermain, bercengkerama, dan membelikan aku majalah bokep,"

"Amin," Sahut si Tobi lagi

"Mudah mudahan celengannya adeku itu ga dibawa sampe ke kuburan kalo dia mati, lumayan buat beli majalah bokep baru," kali ini si Pain pura pura mencontohkan jadi celengan ayam-ayaman adeknya

"Amin,"

"Al-fatihah. Audzubilla..."

Kini Pain sudah mau ngambil koper (yang ditempelin foto miyab* semua), si Konan ngeliat

"Pain, jadi kamu beneran mau pulang kampung?"

"Iya, kon." Jawab si Pain

"Emang aku apaan dipanggil "kon"?" protes si Konan

"Tapi aku pasti bakal kangen kamu." Si Pain berkata dramatis seraya menarik Konan masuk ke pelukannya

"Aku juga," jawab si Konan ga kalah dramatis

"Dan si sebelah kiri, pemirsa bisa melihat ada dua insan yang berpelukkan karena sang lelaki akan meninggalkan belahan jiwanya," suara yang dikenal sebagai suara Itachi memecahkan keheningan di kamar itu

"Oooooh, so sweeeeet." Ternyata ga cuma Itachi doang yang dari tadi ngintip, ternyata semua anggota akatsuki pun ikutan ngintip juga.

Ngedenger itu, si Konan ngelepas pelukannya reflek, si Pain juga. Malah saking refleknya si Pain sampe latah "Eh babi eh babi,"

Setelah menguasai diri agar TAMPAK lebih berwibawa di depan anak buahnya *cieee pain yang ketua akatsuki* berdeham "Ehem, mumpung semuanya lagi pada ngumpul, ada pengunguman dari ketua kalian, si ganteng Pain atau saya sendiri."

Anggota Akatsuki cuma bisa ngangguk ngangguk pasrah. Soalnya, kalo ngebantah kata-kata Pain bisa dirinnegan

"Karena saya mau pulang kampung, jadi, kita adakan rapat. Setelah makan siang." Si Pain ngomong berwibawa banget, padahal..

"Baik!" Anggota Akatsuki ngangkat tangannya di jidat KAYAK mau hormat gitu. Padahal bukan. Bisa diliat dari Deidara yang naro tangannya di jidat Sasori. Apakah itu bisa dibilang hormat? Saya rasa tidak *JEGER*

"Semua, tanpa penghormatan, bubaaaaaar jalan!" Pain ngasih komando kayak komandan PASUS

Tap tap tap tap

"Semuanya sudah berkumpul?" tanya Pain saat rapat sudah mau dimulai

"Siap! sudah!" jawab anggota akatsuki yang lain

"Baiklah, Koneferensi Meja Segi Sepuluh segera dimula!" sfx : tok tok tok Pain mukul mukulin gelas disampingnya ke meja. Biar kaya hakim gitu. Cuman karena ga ada palu, jadi, si Pain pake barang seadanya

"Ehem, karena beberapa saat lagi saya akan pulang kampung ke Ame, jadi, kita akan mengadakan pembagian tugas di akatsuki ini. Kakuzu, kamu tetep jadi bendahara di sini,"

"Yahooooo, yes go Kakuzu go Kakuzu!" si Kakuzu tereak tereak gaje. Sedangkan anggota akatsuki yang lain pada ngeluh "Yah elah!" ada juga yang gini "Tidaaaaaaaaak," atau "Oh noooooo!" ada lagi yang gini "Oh my darling I love yooooouu!" *Author : perasaan dialog "oh my darling i love you" ga ada deh? Siapa sih yang ngomong? Gue pecat_Itachi :gua yang ngomong, kenapa? Sirik bukan? Mau seenaknya mecat gua? Gua amaterasu lu_Author : aku tadi ngomong apa sih? Tadi kan aku ngomong bang itachi gapunya kerutan. Tuh bang itachi udah cakep banget hihi_Itachi : Eke emang pake krim bagus lo, ye musti coba. Aduuuh, kalo pake yang lama eke rempong deh,*

"Nah pembagian tugas berikutnya," si Pain langsung serius lagi "Itachi!"

"Eh, iya, apa mba? Eh mba, om? Eh om, bang? Eh bang, eh, eh, eh, ada apa?" Itachi mulai keluar latahnya

"Kamu jadi, errr, seksi kecantikan, mau? Eh, ga jadi deh, yang jadi seksi kecantikan Konan aja," si Konan bersorak riang, Itachi pundung di pojokkan "Kamu jadi, jadi apa ya? Kamu ngebantuin si Kisame ngerawat ikan hiunya aja, ya? Kasian si Kisame, udah ngerawat ikan piranha, buaya, sekarang dia beli ikan hiu baru lagi. Kamu ngebantu dia, ya?" –itachi masih pundung-

"Nah, Kisame udah, Itachi udah, Kakuzu udah, Konan juga udah. Sekarang, Kamu! Zetsu!" Pain nunjuk nunjuk Zetsu "Kamu jadi tukang bersih bersih, ya?"

Zetsu lompat lompat kegirangan sambil niruin si boots bilang "Berhasil, berhasil berhasil HORE!" kenapa dia ngikutin boots? Soalnya, dora kebagusan buat Zetsu. Dora kan manusia, boots binatang ^^v (?)

"Deidara! Kamu tugasnya jagain Tobi, kalo-kalo si Tobi main-main sama tanah liat kamu!"

"Baik, un!" tereak Deidara

"Hidan! Tugas kamu masih sama kayak dulu, diem di kamar! Jangan nyebarin ajaran DJ lagi!" Pain merentah, Hidan diem aja. Masih ritual DJ rupanya

"Sasori!" Pain manggil Sasori

"Iya?"

"Kamu bantuin Zetsu beres beres, ya!" Pain diem sebentar terus ngomong lagi "Terus, boneka-boneka kamu jangan di bully terus! Masa kepala barbie di-mix sama badan Hulk, tangannya pake boneka dora terus kakinya pake kaki badut. Kan orang juga jadi takut, hiks hiks," Pain nangis bombay

"Oke, deh!"

Pain bangkit dari tempat duduk terus ngambil kopernya yang daritadi disenderin di sebelah kursi "Kalo gitu, sekarang waktunya aku meninggalkan markas ini menuju kampung halamanku. Aku akan merindukan kalian teman-teman hiks hiks."

Semua anggota akatsuki nangis terkikik-kikik *kayaknya ada yang aneh, apa ya? Abaikan* tak terkecuali Tobi. Tapi, sayangnya, Tobi pake topeng jadi kita ga bisa ngeliat Tobi nangis deh, kan langka tuh.

"Nih buat kamu, Pain." Konan nyodorin bunga-bungaan dari kertas ke Pain, Pain terharu. Langsung meluk Konan lagi. So sweet.. :3

Anggota akatsuki yang lain ga ngeliat Pain sama Konan pelukan lagi, soalnya, mereka semua udah pada masuk kamar buat ngambil sesuatu yang buat dikasih ke Pain. Buat kenang kenangan gitu. Mungkin mereka pikir si Pain mau ngejalanin misi di langit ke7 kali, ya. Sampe dikasih kenang-kenangan segala. Dikira si Pain mau mati. *akatsuki minus Pain : GA USAH PROTES!*

"Nih buat ketua Pain!" anggota akatsuki minus Konan sama Pain pada ngerubutin Pain seperti pepatah "ada gula ada semut" Pain semutnya yang lain gulanya. Mereka pada ngasih kenang-kenangan gitu ke Pain. Ini dia kenang-kenangannya :

Kakuzu : karena ga mau ngasih uang, jadinya dia ngasih salah satu dari koleksi cadarnya

Hidan : dia ngasih seperangkat alat ritual DJ

Sasori : ngasih boneka superman tinggal kolornya doang *maaf*

Deidara : ngasih tanah liat yang katanya bisa meledak. Padahal cuman mereknya doang "Clay Explosive"

Tobi : dia sebenernya agak ga rela juga ngasih barang ini, cuman kan buat kenang-kenangan? Ga apa-apalah pikirnya. Tobi ngasih lolipop rasa ayam bakar (?)

Itachi : dia ngasih sisir keramat *warning : keramat* yang udah dia pake nyisir berkali-kali. Sisir itu juga pernah nyisirin Sasuke –author blushing-

Kisame : ngasih sepasang ikan cupang yang kalo berantem jago

Zetsu : ngasih tumbuhan bokep yang ternyata buahnya ada majalah bokep. Kalo udah besar, majalah bokepnya ngegantung sendiri di pohonnya.

"Cuman segini, nih?" tanya Pain tanpa dosa

"MASIH UNTUNG DIKASIH!" teriak yang lain, Pain Cuma bisa speechless

Nit..nit.. taxi udah ada di depan rumah.. nit..nit..

"Oke, taxinya udah dateng. Dadah semuaaa! Smooch!" :3 Pain memberikan kecupan terakhirnya buat anggota akatsuki yang lain. Anggota akatsuki siap-siap nenteng kantong muntah.

"Sekarang Pain udah pulang kampung," Konan meratapi dramatis yang disambut tangisan lebe dari anak anak akatsuki

"Huweeeeeeee!"

Tok tok tok ngeeek

"Pain?" anak akatsuki pada melongo sekaligus berbinar-binar gneliat Pain

"Majalah bokep gua ketinggalan, hehe." Si Pain meringis tanpa dosa

Gubrak

Setelah ngambil majalahnya, Pain kembali lagi ke ruang tengah terus mengucapkan kata terakhirnya pada akatsuki "Pokoknya, kalau aku balik lagi, markas ini harus bersih sebersih-bersihnya markas!"

"Oke deh!"

Di ruangan tempat Tobi berada

"Abang Zetsuuuuuu!" Tobi manggil Zetsu kayak si Zetsu itu pembokatnya

"Apa, Tob?"

"Beliin Tobi chitato rasa stroberiiiii~" Tobi kolokannya mulai keluar

"Iya, ntar, abis beres-beres, ya. Kan katanya Pain, rumah ini harus beres." Kata Zetsu

"Ngga mauuuu, maunya sekarang~ sekarang! Sekarang! SEKARAAAANG!" Tobi manja banget sama Zetsu. Zetsu nurut aja, mungkin dia pikir ada kali, ya chitato rasa stroberi

"Iya, deh."

Di ruangan tempat Kakuzu berada

"Saldo sama pengeluaran sih masih gedean saldo. Tapi, masa selisih saldo sama pengeluaran cuma sejuta? Mana cukup buat tabungan sampai masa depan?" duileee Kakuzu dewasa banget

"Eh, Itachi, Kisame!" Kakuzu manggil Itachi dan Kisame yang baru lewat

"Ada apa? Hik!" Itachi nanya, wah ternyata Itachi lagi cegukan

"Uang kas, uang kas, uang kas, uang kas!" Kakuzu nagih (baca : nodong) Itachi sama Kisame buat bayar uang kas

"Berapa?" tanya Kisame

"Err, 200.000."

"What?" kata Kisame

"Nani?" ngedenger itu Itachi yang tadi cegukan udah ga cegukan lagi. Itachi menambahkan "Bisa tekor aku,"

"Iya, aku juga." respon Kisame

"Ga ada tekor-tekoran. Bayar bayar bayar!" Kakuzu udah nadahin tangan di depan mereka berdua

"Padahal kan ini buat beli krim anti kerut merek baru, hiks hiks." Gumam Itachi

"Elah, ini kan buat beli pelet ikan Hiu. Abis kan jadinya uangku." Gumam Kisame

"Apa tadi kamu bilang?" tanya Kakuzu

"Ah, nggak tadi cuman ada uang jatoh, kok, hehe." Jawab Itachi

"Hah? Mana? Mana?" Kakuzu langsung ngeloyor pergi nyari-nyari tuh uang jatoh. Padahal mah ga ada. Biarin deh, biar puas ngejar-ngejar duit wakakak pikir Itachi

"Eh, emang ada uang jatoh? Dimana?" tanya Kisame waktu Kakuzu udah pergi

"Udah ketularan Kakuzu ya? Ga ada uang tauuu." Jawab Itachi

"Yaudah kita buru-buru pergi yu, keburu Kakuzu balik lagi sambil bawa-bawa baygon." Usul Kisame

"Apapun buat kamu, sayang." Ih Itachi genit deh

"Iyuuuuh."

Di ruangan tempat Sasori berada

Oke disini Sasori lagi tidur, readers pada mau ngeliat si imut Sasori lagi tidur kaya gimana? Rahasia *diceburin ke air mendidih* haha

Di kamar Hidan

Hidan lagi ritual DJ, dia lagi komat-kamit ngomong apa tau

"Hompilahom, dewa jashin shikacunghajuragan hooompilahommm hidanganteng wakashirataigahutanrimba hompilahom higuskayahipokacilungasal hompilahom..."

Author bingung, dia lagi ritual dewa jashin atau ritual hompilahom? #abaikan

Di kamar deidara

"Aduh, un, gimana ya, un. Ga bisa nih,un, bikin mawar pake tanah liat,un." Kata Deidara

"Coba lagi deh," Titah Konan

"Ga bisa, un," Jawab Dei lagi

"Katanya artist, kok ga bisa bikin bunga, sih?" kata Konan menggoda

"Baiklah, un! Akan kucoba! SEMANGAT MASA MUDA, UN!" Dei berkata penuh semangat layaknya Lee kesetrum. Tunggu, kesetrum? Kenapa? Soalnya rambutnya Deidara kuning.

Di kolam (setelah penodongan dari Kakuzu)

"Itachi awas hati-hati! Kalo kamu jatuh ke kolam kamu bakal dimakan sama james dan george! Jangan jatoh!" Kisame teriak-teriak padahal jarak mereka cuman 2 meter

"James sama George itu apa? Eit," Itachi kepeleset lumut di batu, dan naas, dia HAMPIR jatuh ke kolam. Dia pasti bakal jatuh kalo ga ditangkep Kisame

"Awas Itachi!" Kisame teriak lebe sambil berlinangan air mata. Itachi jatoh slow motion. "Itachiiii!" Kisame tereak lebe

"Kisameeee," itachi juga tereak lebe

Hap, akhirnya Itachi berhasil ditangkep dengan posisi yang amat-sangat-tidak-enak dipandang. Mau tau? Ada deeeeeeh *diceburin ke sumur*

"Eh, Kisame." Itachi nyoel bahu Kisame "Ada apa?" jawab Kisame

"James sama George itu siapa?" tanya Itachi

"Ohahaha, itu ikan piranha kembar punyaku," jawab Kisame dengan bangganya

"Bangga bukan? Segitunya Kisame,"

Nit..nit.. taxi udah ada di depan rumah.. nit..nit..

"Tob, liat keluar, siapa yang dateng," suruh Deidara. Deidara lagi baca

"Ah, Tobi ga mau ,ah. Takut meledak," jawab Tobi, oke meledak?

"Huh, whatever-lah, Tob. Whatever you just, deh (2)." Jawab Deidara

Deidara ngalah, padahal emang bukan sifatnya ngalah. Terus kenapa dia ngalah? Karena disuruh sama author. Deidara jalan *iyalah masa loncat* ke pintu depan. Dia ngintip dulu di jendela sebelah. Dan, VOILA! Ternyata itu Pain! Deidara seneng bukan kepalang. Tapi waktu dia inget Pain bilang "Pokoknya, kalau aku balik lagi, markas ini harus bersih sebersih-bersihnya markas!"

itu artinya cuma satu : malapetaka

Deidara segera lari ke ruang tengah tempat teman-temannya lagi main. Ada yang lagi baca majalah fashion (Itachi) ada yang lagi ngemut permen sambil nyanyi balonku (Tobi) ada yang lagi main barbie berantem sama superman (Sasori), ada yang lagi ngitung uang (Kakuzu) dan masih banyak lagi.

"Oi! Temen-temen!" teriak Deidara, sayangnya ga ada yang menggubris

"Temen-temen! Hoi!" tetep ga ada yang merespon

"Temen-temen!" masih belum ada

"Hoi! Kok ga dijawab, sih?" nah sekarang baru ada

"Emang kamu manggil kita?" tanya Konan

"Iyalah, emang siapa lagi temenku di markas ini?" balas Deidara

"Emang kita temen kamu?" tanya Sasori

"Huwaaaaa jahat!" Deidara pundung di pojokkan

Tok Tok Tok

"Oh, tidak. CEPET SEMUANYA BERES-BERES! PAIN DATENG! SIAGA SATU SIAGA SATU!" teriak Deidara. Udah ga pundung lagi dia YAY

"Zetsunya ga ada, belum balik dari warung," jawab Tobi dengan muka innocentnya, tapi sayang sih ga bisa diliat

"Dia ngapain ke warung? EMERGENCY NIH!" Konan frustasi

"Beliin Tobi lolipop,"

Di tempat Zetsu berada

"A-ada ka-kantong s-semar di-disini? A-aku g-ga s-salah l-liat, kan? KANTUNG SEMAAAAAR! Abis ngambil kantong semar, mau beli pot abis itu baru balik," kata Zetsu "Tapi chitato rasa stroberinya belum ketemu aku udah muter-muter Oto-Kiri belum ketemu juga haaah~ Tobi nyusah—" namun belum selesai dia bicara hapenya bunyi

WOOOOOO VENUS PUNYA HAPE WOOOOOO VENUS HAPENYA BAGUS WOOOOOO VENUS HAPENYA BUNYI WOOOOO VENUS GANTENG BET WOOOO

"Ah hapenya bunyi. Duh, susah nih nambilnya, hapenya ditaro dimasukkin ke sepatu, sih. Tau, ah ntar aja di sms, palingan si Kakuzu, nagih uang kas."

"AAAA ZETSU KEMANA SIH GA BALIK-BALIK? DI TELEPON GA DIANGKAT!" teriak Itachi

Ngeeek pintu dibuka

"Halo!" sapa Pain, anggota Akatsuki cuman bisa berpucat-pucat ria

"P-pain? Kamu ga jadi pulang kampung?" tanya Konan

"Eh? Kalian tau ga Pain yang anaknya Pak Minato sama Kushina?" tanya Pain

Akatsuki minus Pain ngegeleng semua

"Yang punya warung di depan gang itu," jelas Pain

Akatsuki ngegeleng lagi, Pain menghelas napas

"Jadi gini, kan tadi ada yang nelepon. Terus, dia minta aku pulang kampung, kan? Pas aku udah nyampe Ame—" Pain disela sama Hidan

"Kamu bolak balik Ame cuman..." Hidan ngeliat jam dinding "3 JAM?"

"Hem? Iya, hebat kan? Pain gitu loh. Lanjut, pas aku udah nyampe Ame, aku baru inget kalo aku ga punya adek, jadi aku bali lagi, deh." Jelas Pain

GUBRAKS

"Terus apa hubungannya sama Pain yang punya warung?" tanya Hidan

"Oh, jadi yang dimaksud sama orang itu tuh Pain yang punya warung, bukan aku," Pain ngejelasin dengan muka innocent

GUBRAKS

"Oh iya, markasnya udah beres belum? Zetsu mana?" tanya Pain yang sukses membuat anggota akatsuki jadi pucet

"Eh, itu, itu, hehe."

~—Owari—~

Disclaimer : Pain Pulang Kampung © Hanaya Muchiniwa

Naruto and the others (character) © Masashi Kishimoto

(1)artinya "TANGGUNG JAWAB APA? SIAPA SIH INI? ADA APA SIH KAU?"

(2)artinya "Terserahlah, Tob. Terserah kamu aja,"

Ceritanya jelek? Iya, aneh? Double iya, garing? IYA BANGET
oiya itu akatsuki merinding waktu pas Pain dateng sambil nanyain Zetsu itu soalnya mereka takut dirinnegan sama Pain. Haha ga nyambung -,-
isinya dialog semua, booo~, aku aja yang ngebaca ga ketawa sama sekali, garing. Tapi karena aku udah capek capek bikin ini jadi sekalian aja dipublish. Ga apa-apa deh ga ada yang ngereview juga. tapi author disini masih mehgarapkan review looo.
oke, yang baca bisa ngereview dengan cara klik huruf ijo-ijo yang ada dibawah ini lo, ada kan? Iya kan? Ga mungkin ilang kok tenang aja

BONUS

Pain : Oh iya, markasnya udah beres belum? Zetsu mana?

Sasori : Eh, itu, itu, hehe

Tobi : Zetsu lagi beliin Tobi lolipop –Akatsuki minus Pain sama Tobi ngedeathglare Tobi-

Tok tok tok

Pain : siapa?

BRAK

Sasuke : HALO TEMAN TEMAN! HALO KAK!

Itachi : hai *muka males*

Anggota akatsuki yang lain : HAAAAI! *bersemangat*

Sasuke : aku, sama Naruto, Sakura dan Sai mau berenang nih, mau ikut, ga?

Akatsuki : MAUUUUU

Sasuke : YUUUU LANGSUNG! Sakura, Naruto sama Sai udah nunggu nih

Akatsuki : OKE DEH SASUKEEEE!

Inner akatsuki minus Pain : Sasuke, Naruto, Sai, Sakura mudah-mudahan kalian mendapat balasan yang setimpal dari Yang Maha Kuasa

Haku's Diary

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Summary : Sakura menemukan sebuah buku yang tergeletak tak berdosa si gudang rumahnya ; warning : abal, gaje, cacat, LEMON! tunggu, LEMON? rated K+ tapi ada lemon? kok? readers pastiin sendiri aja deh

I hope u enjoy it


Haku's Diary

'apa aku harus melaporkan pada ibu? Oh hatiku berkata tidak, tapi.. yah mungkin lebih baik tidak, untuk sementara ini'

FLASHBACK

"PR macam apa ini? Soalnya dua baris, caranya dua lembar, grrrhh, pak hatake kejam banget" keluh seseorang berambut pirang panjang yang diikat kuda, seperti biasa

"um, iya banget!" responku menyetujui

"Aku pingin refreshing, hoam," kata temanku

"Kemana? Gudang? Haha autis lu," gurauku

"apa? Gudang? BIG NO! Kulitku bisa gatel-gatel kalo kena debu,"

-siinng-

-hening-

-diam-

-siinngg-

"prikitiw,"

"Suara apa itu? prikitiw?Tanya temanku

"Oh itu mah suaranya si naruto, dia kan ga dapet peran apapun di fict ini, jadinya author nyuruh dia buat jadi pohon ajaib yang bisa ngomong gitu,"

"Oh," temanku mengangguk tanda mengerti

"Gudang?" tanyaku sedikit menantang

"eum, tapi.. wokelah siapa takut!"

"Ayo!"

Akhirnya kami memulai perjalanan super pendek kami -ke gudang rumahku-. Langkah demi langkah kami nikmati dengan senang hati dan bahagia (mungkin lebih tepatnya aku yang senang hati, Ino –temanku yang berambut pirang itu- sepertinya merasa terganggu karena mungkin dia akan menerima gatal gatal setelah kembali dari tujuan, gudang) 1..2..3..

"Hoila! Selamat datang di gudang keluarga Haruno!"

"Ssstt, eh, berisik," protes Ino

"Woke, maaf,"

Kami melihat - lihat isi gudang, aku sudah bosan karena aku sudah sering masuk keluar gudang, -yah tentu saja, ini rumahku-, aku dan Ino sudah mau pergi meninggalkan gudang berdebu itu. Tapi niat itu aku urungkan saat pojok mataku melihat suatu buku usang bersampul ungu yang tergeletak tak berdosa di sebelah guci pecah yang tak kalah usangnya. Timbullah rasa pensaranku, aku ingin melihat buku ungu itu, tapi ada suara yang kukenal, sangat kukenal, suara itu mampu mengganti perasaan penasaranku menjadi rasa bersalah. Suara itu..

"Sakura, ayolah, kamu mau membuatku berjamur atau apa? Kau mau dihukum pak Hatake karena tidak mengerjakan PR?" yah, suara Ino

"Iya, iya, hehe maaf, udah nunggu berapa lama, no? haha sori,"

"5 jam! Ga deng 10 menitan palingan mah, ngapain sih kamu disitu? Ritual DJ? Aduh ga deh, kamu mau jadi ka Hidan apa? Ih ogah deh aku temanan sama orang yang sesat menyesat-"

"wowowow, kamu ngomong apa, No? bisa ga ngomongnya pelanin dikit, ga usah pake banjir juga dong, eh!" potongku

"eum? Haha emang secepet itu? ayo mulai ngejain PR lagi,"

"Kemon,"

Orang itu sukses membuat rasa penasaranku hilang, untuk sementara ini,

Esoknya—

"Sakura sayang, tolong ambilkan map ungu mama di sofa ruang tv ya!" titah ibuku

'ungu? Kok aku merasa déjà vu ya? Ungu apa? Kipas angin? Buku? Gudang? Eh, buku dan gudang? Oh iya baru inget buku yang di gudang itu, haha, kenapa bisa lupa sih?' gumamku dalam hati

"Sakura? Mapnya sayang," titah ibuku sekali lagi

Dengan sigap, aku mengambil map ibuku dan langsung menuju kamar ibuku, kamar kerja ibuku. Setelah itu, aku langsung bergegas ke gudang, menuntaskan rasa penasaranku, aku berjalan menuju tempat semula aku menemukan buku ungu itu, di sebelah guci usang. Dan ketemu juga buku itu. Di sampul bukunya tertempel label ukuran besar yang diberi tulisan : Shiro Haku's diary. Kubuka lembar pertama buku tipis itu dengan perasaan gundah (mungkin saja ada ranjau yang tiba tiba keluar dari buku itu, siapa tau?)

15 Februari 1974

'Oh jadi ini buku tua,' bisikku setelah membaca tanggal itu, tentu saja terkejut! Akupun melanjutkan membaca

Hari ini ayah memberiku hadiah karena aku sudah keluar dari rumah sakit sialan itu! haha mau tau hadiahnya apa? Ya BUKU INI! Haha senang sekali aku, ayah tau saja kalau aku memang menginginkan sesuatu untuk ditulis, apalagi berwarna ungu,-warna kesukaanku- haha terima kasih, Yah!

16 Februari 1974

Besok, aku sudah dibolehkan masuk sekolah! ASIK! Haha, senang sekali. Bertemu dengan si Sarutobi yang suka bercanda, Zabuza yang selalu menghiburku di segala situasi. Haha tak bisa membayangkan bagaimana reaksi mereka saat aku sudah mulai masuk sekolah. Senangkan? Terkejutkah? Haha ini akan menjadi suatu kejutan menyenangkan bagi mereka, untukku juga. haha aduh bagaimana ini? Aku tidak bisa berhenti tertawa. Aduh mungkin besok aku harus pergi ke dokter hewan untuk menghentikan tawaku ini, haha bercanda kok! Jam berapa ini? Astaga sudah jam 10 malam. Pantas saja mataku sudah berat, seberat barbell! haha berlebihan, aku harus menyimpan tenaga yang cukup untuk menjalani hari yang sangat-penuh-kegembiraan-dan-kejutan besok haha! Selamat tidur!

Aku membuka halaman selanjutnya dengan tidak sabar (baca : bringas)

20 februari 1974

Ah sudah berapa hari aku tidak menulis diary? 4 hari? Oh maafkan, diary! mungkin aku terlalu senang karena sudah masuk sekolah dan bertemu teman temanku lagi, haha ternyata setelah 5 bulan, sekolah tampak berubah! Sekarang cat gedungnya bukan hijau lagi melainkan PINK! Wew adikku, Menma, pasti akan terkejut saat dia datang ke sekolahku, pink itu kan warna kesukaannya, haha! Eh diary, tahu tidak? Saat Zabuza dan Sarutobi melihat kedatanganku, mereka langsung terkejut sampai sakit ayan! Haha bercanda, mereka tidak ayan kok, tapi tetap saja mereka terkejut! Haha congrats Haku, kau telah membuat mereka terlonjak kaget, oh sekarang sudah malam sebaiknya aku tidur,

21 Februari 1974

PR biologi sudah menumpuk! Huh, malas sekali mengerjakannya, biologi lagi- biologi lagi! Aduh tidak ada pelajaran lain sesusah biologi apa? Oh mari berpikir, umm, eh ada! Palajaran IPS itu yang paling susah! Haha, mana bukunya tidak berwarna, pula, mana mungkin aku bisa belajar dengan baik kalau bukunya tidak berwarna? Yah, mungkin buku itu akan semakin bagus kalau ditambahkan gambar lucu atau apa. Tapi, ini tidak sama sekali! Mungkin lain kali aku harus protes ke penerbit buku itu untuk diberi warna, khususnya warna ungu! Haha oh iya! Biologi! Eum harus buru buru, nih

Saat halaman itu berakhir, aku baru ingat kalau aku membaca diary itu di gudang,

"oh, diary itu mengacaukanku haha," bisikku tidak jelas

Aku segera meninggalkan ruangan penuh sesak dan berdebu itu, aku bergegas ke kamarku. Dengan secepat kilat, aku sudah sampai ke kamarku. Setelah mencari tempat duduku yang aman dan nyaman, aku langsung membuka halaman selanjutnya

22 Februari 1974

Aku sudah mulai batuk, dan jangan lupa dengan darahnya! Hari ini aku sudah 2 kali batuk berdarah, huh, aku sudah tak tahan lagi, apa aku beritahu ibu ya kalau aku sakit lagi? Beritahu saja deh. Oh tidak, aku baru keluar dari rumah sakit beberapa hari yang lalu tapi sekarang aku sudah kambuh? OMG sedih sekali nasibku huhu, apa aku harus berpisah dengan Zabuza? Oh tidak akan, aku saying pada Zabuza, sahabatku sendiri, aku baru bertemu dengan dia – tentu saja setelah aku pulang dari rumah sakit – beberapa hari yang lalu, uh penyakit ini sudah membuatku geram! Tidak bisa dibiarkan! Grrrhh, aku akan bersedia jika aku masuk rumah sakit sialan itu berbulan bulan lagi, asalkan penyakitku, sembuh total, total setotal totalnya, tapi kemungkinan itu kecil, keciill sekali. 1 : 1.000. Tapi walaupun kecil masih ada kemungkinan kan? Oh sial, aku baru saja mengotori kertas diaryku dengan darah, mungkin aku tidak akan sesesak ini kalau batuknya hanya mengeluarkan dahak, tapi apa ini? Darah, huh, aku tidak mau jika aku ma– oh tidak, apa yang kupikirkan? Aku mendoakan diriku sendiri mati? HELL NO! Pokoknya aku harus membanggakan orang tuaku, teman temanku, guruku, semuanya, di sisa hidupku, sisa hidupku...

Saat aku akan membuka halaman selanjutnya, ternyata, halamannya banyak yang robek, hilang, atau semacamnya, aku membuka halaman terakhir dari diary itu, catatan terakhir dari diary itu, diary milik Haku, Shiro Haku

3 januari 1975

Aku sudah tidak tahan lagi dengan penyakit yang satu ini, sudah berbulan bulan aku di rumah sakit ini, tapi bukannya aku semakin sehat malah aku semakin lemah, huh, sebal, aku punya foto, diary. Fotoku dengan teman temanku, Asahi, Zabuza, Sarutobi,dan Kanami

'Sebentar, Kanami? Itu kedengaran seperti nama ibuku, Kanami Haruno, siapa dia, siapa Haku?' gumamku dalam hati 'Sebaiknya aku membaca lebih lanjut' tambahku

Aku akan menempelkan foto itu sebagai kenang kenangan di diary ini, mudah mudahan foto ini tidak hilang, mungkin sebaiknya aku titipkan pada ibu—eh sebaiknya tidak, sarutobi dan zabuza pasti akan menghilangkannya, asahi? Oh yeah, tentu saja Asahi, Asahi yang pendiam dan gampang nurut pasti akan menjaga buku ini baik baik. Tapi Kanami juga bisa menjaga buku ini baik baik? Ah warisan yang membingungkan haha, biarkanlah mereka yang me-rapat-kan sendiri hehe, perempuan yang malas ya aku ini. Aduh sebal sebal, kenapa aku terus batuk saat aku menulis buku harian? Hhh, nyebelin deh, udahan ah, takut bukunya tambah kotor, hahaha

Aku membuka halaman selanjutnya dengan sabar (baca : malas). Saat aku membuka halaman selanjutnya, perasaanku tidak berubah sama sekali, malas. Halaman itu, dipenuhi oleh satu foto ukuran agak besar dan berisi lima orang remaja berpakaian seragam yang sedang bergaya di depan kamera. Yah, tidak ada yang kukenal di foto itu, foto lima remaja yang sama sekali tidak dikenal ku.

"Berarti Kanami yang dimaksud Haku itu bukan Kanami Haruno, mungkin saudaranya sendiri, Kanami Shiro, atau Kanami-Kanami yang lain. Tapi kenapa buku ini sekarang ada ditanganku?" aku mendesis tidak jelas

END OF FLASHBACK

'Aku tidak mengerti bagaimana alur pikiranku, dan apa yang harus dilakukan anggota badanku?Apa aku harus melaporkan pada ibu? Oh hatiku berkata tidak, tapi.. yah mungkin lebih baik aku laporkan.'

Aku bergegas menuju kamar ibuku, berniat melaporkan 'benda ungu' ditanganku ini. Aku menghirup dalam dalam udara di sekitarku. Aku rasakan rasa keberanian yang mulai masuk menumpangi oksigen yang kuhirup. Lalu ku hembuskan udara itu begitu saja. Namun keberanian itu mulai menyatu dengan diriku. Aku mulai mengetuk pintu. Aku mendengar suatu gumaman tak jelas dari dalam sana. Gumaman ibuku ang seperti mengatakan "iya masuk". Aku pun masuk ke kamar itu. Aku langsung mengatakan tentang 'benda ungu' itu.

"Ma, Haku itu siapa, ma?" tanyaku

"Apa? Siapa? Haku?" respon ibuku

"Haku, Ma, Shiro Haku, siapa itu? Teman mama?"

"Ah? Shiro?"

Aku membuka halaman terakhir seraya memberikan halaman itu pada ibu.

"Oh yang itu,dia it— "

Ibuku belum selesai menyelesaikan kalimatnya, tapi aku sudah memotongnya"Siapa ma?"

"Teman SMP mama," jawab ibuku

"Hah? Beneran, Ma? Disini ada foto mama?"

Ibuku menunjuk sesosok perempuan remaja berambut pink, dan paling pendek diantara yang lainnya "Nih,"

"Yang itu, ma? Terus, Haku kok batuk batuk sih waktu nulis buku hariannya?"

"Tapi sebelum mama menjawab pertanyaanmu, mama mau nanya, kamu ambil buku itu dimana?"

"Gudang ma," jawabku malas

"Hem.. bandel ya anak mama semuanya,"

"Ayolah ma, kan mama udah janji mau ngasih tau," aku membujuk

"Dia sakit TBC tau kan? –bukan to be continue—tuberculosis, tuberculosis yang amat sangat parah, dia meninggal karena sakit itu," ibuku merespon seraya menahan iba

"me-meninggal? Dia meninggal?"

"hem," jawab ibuku sekenanya

"Kita jenguk dia, ma, besok. Dia meninggal dengan cara yang sama dengan kakaknya temanku, ma, Arashi Uzumaki, kakak Naruto,"

"Iya, ibu mengerti,"

akhirnya kita berdua saling pandang aku menatap ibu dengan tatapan ma-aku-ngerti-perasaan-mama

ibuku menjawab dengan tatapan ya-ibu-tau

aku menatap ibuku lebih dalam naruto-pasti-sedih-sekali-saat-kakaknya-meninggal

Air mata ibuku akhirnya jatuh, terjatuh di celanaku, aku ikut menangis. Menangis karena Ibuku, mengangis karene Haku, menangis karena kak Arashi

Esoknya—

"Ini makam Haku, sayang." Kata ibuku

"Shiro Haku," aku menggumamkan kata itu seraya menaburkan kembang kuburan (1)

Setelah habis, aku dan ibuku berdoa untuk keselamatan Haku, agar Haku selamat diatas sana. Agar Haku, bisa aman di sisi-Nya.

Setelah berdoa, aku dan ibuku bermaksud untuk pergi, tapi aku melirik sekali lagi makam itu, dan kulihat tanggalnya. Haku meninggal di saat yang sama dengan kak arashi saat meninggal. Saat umur 15 tahun. Sanat muda, begitu banyak hal yang harus mereka lakukan, tapi maut merenggut merek, mau bagaimana lagi? Aku beranjak, dan pergi dari pemakaman itu. Bergegas menuju rumahku.

Aku dan ibuku kini berada di dalam sebuah mobil jazz sport silver. Tak ada yang berkata sepatah katapun. Aku dan ibuku diam. Diam karena terlalu sibuk dengan pikiran masing masing. 20 menit kemudian kami sudah sampai di dalam rumah kami yang nyaman. Aku berlari lari kecil menuju gudangku—gudang keluargaku—bermaksud mengembalikan 'buku ungu' itu ke tempatnya semula. Aku terdiam sebentar, lalu segera pergi dari gudang debuan itu. Tapi ekor mataku menangkap sesuatu, sesuatu seperti buku yang berwarna merah, beserta foto 3 orang remaja lelaki—sepertinya salah satunya ayahku— yang sedang berpose ditempel di sampul buku merah itu.

Aku membaca bordiran berbentuk tulisan itu di sampul bukunya "Idate's Diary,"

Aku menyeringai nakal, sambil mencomot buku itu dan berlari menuju kamarku. Dan.. kisah baru pun dimulai—

-OWARI—


Haha gomen deh kalo akhirnya ngegantung gitu, gaje banget kan? Aduh tadinya jalan ceritanya bukan begini, tapi malah jadi begini haha, autis aja. Tadinya mau disisipin puisi gitu deh –puisi copas—tapi ga jadi haha, susah nyari puisi yang pendek tapi mellow, huwaaa maafkan author gaje ini haha *dilempar tronton*

(1) Author, maaf ya, ga tau nama bunganya, jadi aja namanya kembang kuburan, haha, readers tau kan? Yang warnanya merah putih itu,- ga merah juga sih,- pokoknya yang suka ditaburin di kuburanlah

Terima masukkan, saran, kritikan, flame apalah

Sakura POV

Eits, lupa ngenalin diri. Haha maafkan author gaje nana abal nan jelek nan apapun yang jelek jelek *deathglare ke author, yang ditatap malah pundung dipojokan sambil mainin pasir*. Dia suka lupaaa~ jadi aja aku ga ngenalin diri hehe, namaku Sakura Haruno, sekolah di oto junior high school kelas 9. Yey bentar lagi lulus lo. Eh tapi jangan lupa, aku itu pacarnya cowok idola disekolah, Sasuke Uchiha, hihi. Eh baru baru aja, nem UN diumumin lo, mau tau aku dapet berapa? 40,5 –halah 40,05 –halah 39,99 –halah 37,80 deng haha, udah deh ya,

Sakura Ino + Ibunya Sakura : RnR pliss

see? so, RnR yaa

Be Myself In A Week chap 6

Jawaban dari tebakan chap kemaren adalah *sfx : teng tereng* : EMPRAT! Selamat yang udah jawab, dapet piring cantik. Berhubung piringnya udah abis jadi ga ada piring lagi ya haha *ditebas*

WARNING : OoC tingkat tinggi ; AU to the max ; kebanyakan dialog

Disclaimer : My beloved brother, masashi kishimoto

Pairing : Bakal banyak dan belum diputuskan

I hope u enjoy it

Chapter 6

"Maksud Hinata, dia mau ngeliat hotel yang tempat kalian nginep," Sakura mengartikan ucapan Hinata bak translator

"WHAT?" Sasuke dan Naruto terkejut dengan perkataan Sakura

"Kenapa?" tanya Sakura

"Hotelnya.. eh, hotelnya." Naruto tampak bingung menjelaskan, sementara Sasuke juga sedang berpikir, lalu setelah berpikir, Sasuke menyikut pinggul Naruto lalu membisikkan sesuatu.

"Kau gila, ya, teme?" Naruto tampak kaget dengan penuturan Sasuke yang tadi dibisikinya

"Ga apa-apa, deh. Mungkin mereka bisa bantu." Jawab Sasuke

"Ayo, kita ke hotel rambutan." Ajak Naruto ang tentu saja dengan bahasa jepang. Hinata dan Ino tidak mengerti, jadi mereka hanya diam saja di posisi mereka semula. Melihat itu, Sakura berinisiatif untuk mengajari mereka bahasa jepang, kapan kapan. Ya, kapan-kapan, yang sekarang dia harus lakukan adalah menarik pergelangan tangan mereka (Ino dan HInata) seraya mengatakan "Katanya, kita boleh ke hotel Rambutan,"

"Mau ke kamarku-maksudku kamar kami?" tanya Sasuke dengan sikap khas Uchiha saat mereka berlima sudah sampai di gerbang masuk hotel rambutan

"Iya, dong!" Jawab Sakura "Hinata, Ino, kita masuk ke kamar mereka berdua, yu!" Ajak Sakura kepada dua teman perempuannya

"Apa? Sakura itu kan kamar cowok," Hinata melanjutkan kalimatnya dengan sebuah bisikkan pada Ino dan Sakura "Pasti bau,"

Sasuke dan Naruto hanya bisa cengok seraya bergumam dalam hati "Dasar cewek tukang gosip,"

"HAHAHAHAHAHA!" Sakura tertawa lebar sekali. Naruto dan Sasuke bergumam lagi "Yakin, nih Sakura itu cewek?"

Sedangkan Ino hanya bisa mengikik kecil, kecil sekali "Hihihihi,"

Bagaimana kalau Hinata? Dia tidak tertawa karena dia tidak tahu, apa yang lucu?

"Mau masuk, ga?" tanya Naruto pada tiga cewek didepannya

Tiga cewek itu mengangguk mantap lalu melenggang masuk melewati dua cowok dibelakangnya.

"Beneran, nih mau masuk?" tanya Naruto saat mereka semua sudah berada tepat di depan pintu kamarnya, kamar 214

"IYA, CEREWET!" emosi, Sakura membalasnya dengan suatu teriakkan berbahasa Indonesia

Ngeeeek

"Waaaaa!" terdengar sorakkan kagum dari para cewek saat mereka semua sudah masuk ke dalam kamar yang didominasi dengan warna krem dan cokelat mewah itu.

"Orang tua kalian dimana, ngomong-ngomong?" tanya Hinata, lalu Sakura menerjemahkannya

"Eh, di Konoha," Jawab Naruto innocent

Sakura cengok, butuh beberapa detik untuk mencerna perkataan Naruto, lalu menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia

"Loh kok? Terus, kalian.. kok bisa nyampe sini?" tanya Hinata yang diiringi tatapan bertanya dari semua anak minus Sasuke dan Naruto

"Jadi, gini..." Sasuke menjelaskan sebab mereka berada disini. Tentang nenek di taman itu, tentang berita kalau semua ibu hamil di Konoha akan diaborsi, tentang si supir taxi yang hampir dipukul oleh Naruto, pertemuan tak disengaja di botani square, kedatangan mereka di sekolah anak cewe itu—maksudnya SMP N 1 Bogor—dan juga pertemuan dengan kepala sekolah tadi pagi. Pokoknya, Sasuke berusaha tidak meninggal setitik detail pun saat menerangkan—mungkin lebih tepatnya bercerita—sebab mereka berdua ada di Bogor sekarang ini.

Ino mencolek pundak Sakura seraya bertanya "Dia ngomong apa?" Hinata juga memandang Sakura dengan tatapan mereka-ngomong-apa-sih-?. Tapi mereka tidak mendapatkan respon apapun dari Sakura. Sakura malah bertanya kepada Sasuke dan Naruto. Dengan bahasa jepang tentunya

"Gimana cara nyembuhinnya?" tanya Sakura kepada Sasuke dan Naruto

"Harus makan mangga muda bekas ibu hamil," jawab Naruto

"Eh, Sakura, ada apa, sih? Kok mereka sedih?" tanya Ino pada Sakura

"Katanya Sasuke..." Sakura menceritakan apa yang tadi Sasuke bilang. Namun bahasanya berbeda.

"Oh, jadi harus makan mangga muda bekas, ya?" tanya Ino setengah geli setengah prihatin

"Di Indonesia banyak, kok ibu hamil. Jadi, kalian berdua tenang aja, ya." Kata Hinata yang tentu saja tidak ditanggapi oleh dua cowok itu

"Tunggu dulu, deh. Kalau kalian tukeran badan berarti, yang rambutnya hitam Sasuke yang rambutnya jabrik Naruto?" tanya Sakura kepada kedua cowok didepannya

"Betuuul! Seratus buat nona Haruno, haha." Jawab Naruto

'Sasuke, sifatnya cool gitu ditambah badan yang modelnya kaya gitu. Pasti keren banget. Pake badannya Naruto aja dia udah cool gitu, gimana pake badannya yang sesungguhya? Naruto, orangnya cerewet aku ga terlalu suka, tapi ternyata badannya tuh tukeran toh. Haha, kalo gitu sih, iya, pantes. Sasuke yang sikapnya (sok) cool pake badan kaya gitu, Naruto yang kaya petasan banting badannya kaya gitu. Haha cucok booo.' Pikir Sakura

"Hei, Hinata, Sakura!" Ino mencolek bagian pundak kedua temannya itu yang dengan sukses membuyarkan lamunan Sakura "Ada apa?" respon keduanya

"Kita pulang aja, yo!"

"Aku sih terserah," sahut HInata

"Sasuke, Naruto, kita pulang dulu, ya?" Sakura meminta izin kepada si empunya, maksudnya penyewa maksudnya yang sedang menempati kamar hotel itu tak lain tak bukan Sasuke dan Naruto

"Tunggu dulu," Sasuke reflek menggenggam pergelangan tangan Sakura (perhatian : megang doang ya ga ngapa ngapain, ini rating K+ lo) "Kau—kalian tau orang di sekitar sini yang lagi hamil?" tanya Sasuke pada tiga anak cewek didepannya

"Aku ga tau. Hei Hinata, Ino, kalian kenal ga sama orang yang lagi hamil? Siapa gitu." Tanya Sakura pada kedua temannya, keduanya menggeleng. Sasuke menghembuskan napas menyerah, Naruto yang tadi Cuma diam aja akhirnya ikut bicara "Gimana dong, tem?"

"Gimana? Ya harus dicari sampai dapet lah! Udah jauh-jauh kesini ga dapet mangga muda." Sewot Sasuke

Sakura memandang pergelangan tangannya yang dari tadi depagangi Sasuke terus lalu meminta izin untuk pulang "Ehem, Sasuke, sekarang boleh pulang?"

Sasuke blushing. Ga nyadar kalo dari tadi dia megangin tangannya Sakura. Sasuke kira dia lagi megangin apa gitu yan lembut-lembut gimanaaaa gitu. Eh ga taunya megangin tangan Sakura "Eum, ya, silakan." Jawab Sasuke dengan sikap khas Uchiha

"Makasih." Jawab Sakura. Tanpa menunggu persetujuan dari Naruto, Sakura segera keluar dari kamar itu. Tak lama kemudian, Ino dan Hinata pun sudah ada di ambang pintu untuk pulang "Pulang dulu, ya." Kata mereka berdua

Hinata POV

Aku melangkah pergi dari kamar kedua cowok itu. Lucu, ya? Tukeran badan, aku juga mau tuh kalo sama Britney Spears. Tapi sayangnya britney spears lagi sibuk jadinya ga bisa tukeran badan sama aku deh. Tapi kalo sama Taylor Swift juga ga apa-apa. Mumpung pacarnya ganteng kayak Taylor Lautner. Eh, udah putus, kan mereka? Apa belum? Kalo ga salah udah putus deh. Ga apa-apa deh putus-ga-putus aku tetep suka sama Taylor Swift. Tapi kayaknya cantikan Miley Cyrus, deh? Mukanya cute abis, haha. Vanessa Hudgens juga. Sayangnya mereka semua lagi pada banyak job, coba kalo ga ada. Udah tukeran badan sama aku, tuh. *Author : aku juga mau kali kalo tukeran badan sama mereka semua, Hinata maruk, ah ga temen*

End of Hinata POV

"Hinata apa sih? Senyum-senyum sendiri, besok kayaknya harus diperiksa, deh." Ino berkata dramatis sambil meletakkan punggung tangannya di jidat Hinata, memeriksa.

"Haha, Ino bisa aja." Kata Sakura

"Ngga, tadi cuma ngebayangin kalo aku tukeran badan sama Miley Cyrus, haha." Ujar Hinata yang diselingi dengan tawa yang lain

"Hei," Sakura menyentuh pundak kedua temannya saat mereka sudah berhenti tertawa yang dengan sukses membuat dua sahabatnya itu menoleh kepadanya seraya melemparkan pandangan bertanya, Sakura berujar kembali "Orang hamil, tuh."

"Mana? Mana?" tanya kedua sahabatnya itu mencari-cari. Mereka akhirnya menemukan orang yang dimaksud Sakura setelah mereka mengikuti sorot matanya.

"Dia cewek apa cowok? Kok sangar, ya?" Ino bertanya kepada dua yang lain yang disambut dengan double jitakkan keras di kepalanya. Memang sangar, sih. Ibu hamil pake baju anak punk yang ada tulisannya "My Chemical Romance" terus rambutnya pendek. Gimana ga mirip cowok? Author aja sampe bingung =='

"Cewek lah, sayang." Jawab Sakura sedikit menggoda

"Ih, yaiks Sakura. Ino, besok kita bakar rumahnya Sakura, yu? Udah jabs(1), lesbi lagi, hoek." Hinata berkata dramatis sambil memperagakan orang muntah di depan kedua temannya. Ketiganya kini tertawa dan melupakan orang hamil itu.

"Tau ah. Pulang yu?" Sahut Sakura

"Oke, Sakura mau pulang kemana? Kerumahku apa rumah Hinata?" kata Ino

Krik krik krik (Hoi, jangkrik siapa tuh? Ambil sana! ganggu aja ==')

"Ke rumahku sendirilah," jawab Sakura sewot. Tak lama kemudian datanglah angkot hijau yang bagian bawahnya dicat biru bertuliskan "03" Sakura menghantikan laju angkot itu dengan cara melambai-lambaikan tangannya dipinggir jalan

"Duluan, ya." Kata Sakura

"Dadah." Jawab dua yang lain

"Hei, Hinata, aku harus jalan sampai sana. Aku duluan, ya." Sahut Ino beberapa saat setelah kepergian Sakura

"Oke, dadah."

Hinata POV

Sebuah angkot 07 lewat didepanku, aku langsung menyetopnya tanpa menunggu aba-aba dari siapapun termasuk author. Angkot itu menepi. Aku masuk ke dalam angkot itu dan menduduki bagian pojok, bagian favoritku. Karena disitulah aku bisa merasakan angin sepoi-sepoi yang bisa menyejukkan atau sekedar tidur di dekat speaker yang berada dibagian belakang.

"Hoam," rasa kantuk menyerangku secara tiba-tiba. Aku segera memejamkan mataku dan menyenderkan kepalaku di speaker itu. Lalu, tertidur pulas

"De, de, mau turun dimana, de?" ujar si supir angkot

Reflek, aku membuka mataku dan melihat keadaan di luar. Butuh beberapa detik untukku mencerna apa yang terjadi. Aku sudah jauh dari tempat tujuanku-maksudku tempat yang seharusnya aku turun dan ganti angkot. Ini dimana? Akhirnya aku memutuskan bilang "kiri" kepada si supir daripada aku di angkot terus, mau sampai kapan? Nanti aku ga bisa pulang lagi.

Aku turun dari angkot itu dan menyeberang. Karena, seperti kata bu guru, berjalan di sebelah kiri. Setelah berjalan cukup lama, aku mendengar seseorang mengatakan

"Eh, tau ga?"

"Ngga,"

"Ibuku hamil, lo. Aku bakal punya adek baru deh, hehe."

"Ah, biasa, aku punya adek tiga, dong."

"Ih enak, aku aja baru punya satu. Tapi entar kalo mama udah ngelahirin, bagi satu, dong."

Aku tekejut. Bukan karena anak yang punya tiga adik. Itu tidak ajaib, karena mungkin ada lagi yang lebih. Tapi, anak yang satunya yang katanya, ibunya itu sedang hamil. Aku menghampiri dua anak perempuan itu.

"De, ibunya suka makan mangga muda, ga?" tanyaku pada anak perempuan yang ibunya sedang hamil

"Ya, kalau lagi mau ya mau, kalo ngga ya ngga." Jawab anak itu dengan malu-malu

"Kalo sekarang lagi mau?" tanyaku lagi

"Eh, ngga tau. Tadi katanya mama lagi ngidam sate biawak sekarang." Jawab anak itu dengan bangganya, malu-malunya sudah diinjek-injek terus ditelen kali, ya. Jadi ga malu-malu lagi

"Oh, kalo besok suka makan mangga muda, ga?" aku bertanya lagi

"Kalo besok, mama maunya ngidam semur macan," jawab anak itu lagi

"Kalo lusa?" aku terus membombardir anak itu sampai aku menemukan hari yang pas

"Kalo lusa, mama maunya makan tumis cula badak." Jawab anak itu enteng

"Badak, kan dilindungi?" akhirnya teman dari anak itu ikut bicara juga

"Ah, ngga, ah. Buktinya di rumah papa suka melihara panda. Kalo mama emang sukanya sama yang gitu-gitu. Suka sama yang buas-buas, hehe." Anak itu menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak berkutu

"Kalo besoknya lusa?" tanyaku lagi

"Mama mau makan sop ceker elang," jawab anak itu

Lama kelamaan aku merasa bingung. Kok bisa ngidam direncanain akhirnya aku bertanya lagi "Kok ade udah tau kalo ibunya mau ngidam apa besok?"

"Kan ada jadwalnya," jawab anak itu enteng

Aku sweatdrop, teman anak itu ikutan juga. Author juga. Aku menyerah, lalu pergi. Tapi tanpa melupakan adat keluarga hyuuga aku mengucapkan "Terima kasih, kakak pergi dulu, ya."

Anak itu aneh, masa iya ngidam direncanain. Kocak abis. Mana makananya aneh-aneh lagi. Aku sih ga mau kalo disuruh makan gituan. Apalagi kalo dibayar setriliyun. Eh ngga deng, kalo dibayar setriliyun aku mau. Kan enak tuh, bisa beli makanan banyak terus bisa beli laptop quartu duo terus beli canon 50D 15,1 mp terus bisa juga beli baju banyak. Ah, jadi pengen.

Aku melanjutkan perjalananku menuju tempat adanya angkot 16 salabenda(2). Akhirnya perjalananku berakhir. Aku menemukan kumpulan angkot 16 di dekat rel kereta yang memang sudah sering kulewati kalau aku pulang sekolah naik angkot. Aku menyeberang lalu mencari angkot 16 yang banyak penumpangnya. Akhirnya, aku menemukan itu. Aku masuk ke dalam angkot itu. Kali ini, aku tidak akan tidur di angkot. Bisa rusuh kan kalo aku kelebihan angkotnya pas pagi-pagi. Bisa kena point aku.

Tak sampai duapuluh menit aku sudah sampai di depan pintu gerbang besar komplekku. Aku turun dari angkot setelah sebelumnya aku berkata "Kiri" kepada si supir angkot. Aku memberikan dua lembar uang seribuan lalu angkot itu pun pergi meninggalkanku yang kini sedang menyeberang menuju gerbang komplekku.

Komplek tempatku tinggal tidak bisa dibilang mewah. Dan menurutku memang biasa saja. Apalagi rumahku. Rumahku hanya rumah biasa yang bertingkat empat, mempunyai garasi—baik garasi motor, mobil, tronton (?), maupun pesawat jet keluarga—didepan rumahku dihiasi oleh air mancur bergaya klasik dan berlapis emas yang dibuat oleh pemahat tersohor Van Gough *kayaknya ada yang aneh deh, apa ya?* Interior rumahku juga tidak bisa dibilang mewah. Sofa seharga 500 juta yang dibeli ayahku di kanada memang tidak bisa dibilang mewah, apalagi lampu kristal yang menggantung di langit-langit ruang tamu dan ruang keluarga.

Kini aku sudah melewati ruangan-ruangan di tingkat pertama rumahku lalu memasukki lift yang terletak di dekat dapur tempat pelayan-pelayanku sedang memasak. Aku menekan tombol 2 yang tertera di dekat pintu lift itu. kini pintunya tertutup. Tak lama kemudian muncul bunyi "ting" kecil lalu pintunya terbuka. Aku berjalan melewati pintu yang terbuka itu. Kini aku sudah berada di gym tempat kakakku, neji, sering berlatih. Entah untuk apa. Mungkin untuk membentuk sixpack. Aku membuka pintu gym dan tampaklah ruang keluarga di lantai dua. Ruangan ini tak jauh berbeda dari ruang keluarga dibawah. Akhirnya aku sampai juga didepan pintu kamarku. Aku membuka pintu itu dan segera melompat menuju tempat tidurku yang nyaman. Lalu, tidur dalam balutan seragam.

You see, I never thought that I could walk trough fire
I never thought that I could take a burn
I never had a stregth to take it higher
Until I reached the point of no return

Dering ponsel di sakuku membangunkanku, namun aku masih belum mau bangun. Akhirnya aku abaikan ponsel itu.

And it's just no turnin' back
when your hearts under attack
gonna give everytihing I have
It's my destiny

Ponsel itu bandel. Belum mau berhenti juga. Masih ku abaikan ponsel itu.

I will never say never (I will fight)
I will fight 'till forever (make it right)
Whenever you knock me down
I will not stay on the ground
Pick it up, pick it up, pick it up (up up up)
And never say never

Ah, aku menyerah. Aku bangun dan menjawab panggilan seseorang di ponselku. Ah, ternyata Sakura.

"Halo," sapaku malas-malasan

"Hei, Hinata ibunya temannya tetanggaku lagi hamil!" kata Sakura sumringah yang dengan sukses membuatku terbangun seluruhnya.

"Yang benar Sakura? Kau sudah beritahu Ino? Sasuke dan Naruto?" tanyaku antusias

"Aku sudah beritahu semuanya, tinggal kamu." Terdengar sedikit nada kesal di ucapan Sakura. Namun sepertinya dia hanya pura-pura kesal. Karena detik berikutnya dia sudah tertawa lagi "Ahaha, Hinata, aku tidak kesal. Tadi aku sudah nelepon kamu sekali tapi kamu ga jawab. Jadinya aku telepon Naruto dulu, deh. Haha."

"Kalau begitu, mangga mudanya sudah kau kasih ke ibu itu?" tanyaku lagi

"Eum, belum, tuh." Jawab Sakura enteng

"Kenapa belum?" tanyaku lagi

"Ya, karena aku ga punya." Jawabnya lagi

"Beli, dong!" suruhku main-main

"Haha, sabar atuh. Besok abis pulang sekolah kita beli mangga muda di pasar, apa sekarang aja, ya?"

Aku melihat ke arah jam dindin di kamarku. Sudah jam 6 maghrib. "Kau gila, ya? Mana boleh keluar jam segini, lagian mana ada pasar buka jam enam? Kayaknya kamu deh yang harus diperiksa," kataku sambil menaruh jari telunjukku melintang di dahi, maksudnya sinting

"Ga beneran, kok. Yaudah, dadah. Besok kita ke pasar, ya?" tanya Sakura memastikan

"Oke," jawabku

Karena aku sudah tidak mengantuk lagi, akhirnya, kuputuskan untuk keluar dari kamar itu dan berjalan menuju dapur untuk kudapan sebelum makan malam.

How can u see into my eyes, like open doors?
Leading u down into my core
When I've become so numb
Without a soul, my spirit sleeping somewhere cold
Until u find it there end lead it back home

Bunyi alarm yang indah sekaligus membuat kesal orang yang sedang tidur itu berbunyi nyaring. Aku terbangun tanpa embel-embel apapun. Pukul 5 pagi. Memang sudah menjadi kebiasaan keluarga hyuuga untuk bagun di saat seperti ini. Lagipula, memang seharusnya seperti itu kan? Seorang pelajar SMP sepertiku memang harusnya bangun jam 5 pagi. Aku segera mengambil handuk yang tersimpan rapi di jemuran handuk di balkon kecil dekat kamarku lalu berjalan malas menuju kamar mandi.

"Hinataaaaaa~" terdengar teriakan nyaring dari Sakura dan Ino saat aku sudah sampai di kelas tercintaku kelas 7-8. Smooch

"Apaaaaa?" Aku balas berteriak

"Jadiii gaaaa ke pasaaaaaarnyaaaaa?" tanya Sakura, ralat, teriak Sakura

Kini aku sudah berada di dekat Sakura. Kurang dari satu meter kira kira.

"Jaaaaaadiiiii," aku membalasnya dengan teriak lagi, padahal aku sudah di dekatnya

"Yaudaaaah, bawa uangnyaaaa gaaaaa?" tanya Sakura lagi

"Alay WOI! Tereak-tereak!" kini Ino mengomeli kami berdua

"Haha, Ino sirik aja, ya? Ga diajak tereak-tereak wakaka," aku dan Sakura menertawai Ino

Terdengar suara pintu dibuka. Spontan, kami bertiga melihat kearah pintu. Oh, duo konoha rupanya. Sakura menyapanya dengan bahasa jepang yang tidak kumengerti. Mungkin mereka sedang membicarakan mangga muda yang kemarin Sakura bilang. Aku menatapnya dengan tatapan bertanya. Sakra tidak merespon. Duo konoha itu duduk di bangku mereka yang biasa. Di belakang bagku Sakura dan Ino. Kalau aku? Sebenarnya kami bertiga duduknya giliran. Hari pertama Sakura dengan Ino, hari kedua Ino denganku, hari ketiga aku dengan Sakura. Begitu seterusnya. Hari ini aku duduk dengan err.. Tenten tentu saja. Ah, tidak usah dipikirkan. Ga penting.

"Uang?" kini kami berlima sudah mau bersiap-siap menuju pasar yang berlokasi di dekat stasiun. Ah, dan tentu saja. Sekarang sudah jam dua siang. Kenapa kami bisa pulang jam dua siang? Itu karena kami berlima bolos ekskul. Ah, kalian jangan ikuti kami, ya? Kami ini kan kumpulan pelajar-pelajar malas bin kedul jadi ekskulnya bolos. Tapi ada satu ekskul yang tidak akan ditinggalkan, kecuali mendesak. Apa itu? Itu adalah ekskul E-Learning. Jadi, sebenarnya itu ekskul wajib untuk meningkatkan kemampuan IT siswa, tapi, ekskul itu disalahgunakan oleh siswa. Harusnya diberi tugas mengerjakan sesuatu. Tapi malah tidak dikerjakan, kebanyak siswanya malah asik online facebook, twitter haha macam-macam. Malah ada yang suka bikin fict. Ada tuh tuh –hinata nunjuk author-

"Hinata ada apa, sih? Dari kemaren senyum-senyum sendiri. Wah, jangan-jangan dia lagi mikirin Kiba. Hahaha," ocehan Ino sukses membuyarkan lamunanku tentang E-lear

"Siapa yang mikirin Kiba?" aku balik bertanya pada Ino dengan nada sok ketus

"Oke, kalau begitu kita siap menuju pasar!" Sakura meninju udara dengar kepalan tangannya. Untung udaranya ga bonyok. Coba kalo bonyok? Sakura bisa ditahan di penjara

Kami berlima berjalan beriringan menuju pasar yang memang jaraknya tidak terlalu jauh dari sekolah kami. Tak lama kemudian sampailah kami di pasar dengan kondisi alaminya, double B. Becek dan Bau.

"Sekarang, kita cari tukang mangga," sahut Sakura ditengah keramaian

Aku melirik Naruto dan Sasuke yang dari tadi hanya celingukan saja melihat kami bertiga. Atau mereka tercengan dengan pasar di Indonesia? Mungkin di jepan memang tidak sebagus Indonesia, tapi coba lihat? Kalau di Indonesia anak-anaknya makhluk ajaib semua. Kalau pulang sekolah hobinya keluyuran, kalau pulang ke rumah dimarahi pasti alasannya kerja kelompok. Padahal? Main ke rumah temen atau nonton di Mall. Haha, tapi tentu saja itu tidak berlaku padaku. Kenapa? Karena ayah ibuku tidak pernah tahu jadwalku. Mereka asyik dengan pekerjaan mereka sendiri. Yah, terserah mereka lah.

"Pak, ada mangga muda ga?" aku mendengar transaksi antar si penjual dengan Ino. Ino dari tadi diam saja. Baru sekarang aku mendengar dia bicara. Memang dih dia anaknya agak pendiam. Tapi walaupun pendian dia lumayan cantik, lo.

"Ngga ada, de. Disini ga jual mangga muda, kalau mangga mateng ada." Jawab si penjual. Naruto dan Sasuke masih cengok.

"Kalau disekitar sini ada yang jual mangga muda, ga?" Ino bertanya lagi pada si penjual

"Di pasar ini yang jual mangga cuma saya, de." Jawab si penjual

WOW! Ajaib! Penjual mangganya cuma satu di pasar! Wah, harusnya penjual mangganya masuk Museum Rekor Pasar aja, kan populasinya tinggal satu di pasar ini. haha, sudahlah

End of Hinata POV

Sakura menghembuskan napas menyerah. Ino dan Hinata pun begitu. Hanya dua orang yang tidak menyerah dan tidak putus asa. Mereka adalah Sasuke dan Naruto. Melihat gelagat tiga cewek didepannya, Naruto bertanya pada Sakura apa yang terjadi. Dan Sakura menjelaskan tentang ketidak adaanya mangga muda di pasar itu. Mau cari mangga muda dimana lagi? Naruto dan Sasuke mendengarkan secara seksama. Naruto akhirnya menghembuskan napas juga. Namun Sasuke masih belum menyerah rupanya. Ia melihat berkeliling untuk sekedar melihat tukang jualan mangga lagi. Namun nihil, memang tidak ada penjual mangga lagi selain penjual yang kini sedang bertransaksi dengan pembeli lain tak jauh dari mereka berlima.

"Oke, kalau begitu kita duduk dulu aja di pohon itu," sahut Hinata saat dia melihat peluh telah membasahi kemeja seragam Naruto dan Sasuke. Mungkin mereka belum terbiasa dengan suhu di Indonesia yang kadang panas banget kadang hujan deras banget.

Ino dan Sakura mengangguk sebagai tanda persetujuan. Sasuke dan Naruto juga ikut berjalan ke arah pohon itu. Akhirnya lelah kami terbuang juga bersama daun-daun yang berguguran dari pohon itu.

Duk

Terdengar bunyi seperti ada sesuatu yang jatuh dari atas sana. Maksudnya dari arah pohon. Mereka semua melihat ke arah sumber suara. WAH! Mereka tercengang melihat apa yang jatuh. Bukan sulap bukan sihir apalagi trik. VOILA! Itu adalah mangga!

Namun sayangnya itu mangga yang sudah matang. Akhirnya mereka memutuskan untuk memanjat pohon yang lumayan tinggi itu. Pertama-tama dilihat dulu di bagian mana berlokasi si mangga muda.

"Ah, ketemu! Itu ada mangga muda!" sahut Naruto dengan bahasa jepang tentunya. Sakura tersenyum sejenak lalu mentranslatekan omongan Naruto

Kedua, mereka voting, siapa yang akan memanjat pohon itu. Dan terpilihlah Sasuke sebagai duta pemanjat pohon mangga dari kumpulan siswa 7-8 aneh bin ajaib.

"Baiklah, baiklah," Sasuke malas-malasan memanjat pohon itu. 'Daripada ga balik ke badan sendiri, mending aku manjat pohon aja, deh.' pikir Sasuke

"Sasukeee!" Sakura memanggil Sasuke dari bawah. Terdengar jawaban seperti "Nani?" dari Sasuke "Kita beli Es krim dulu, ya?" izin Sakura pada Sasuke yang tentunya dengan bahasa jepang

"Naruto ikut, ga?" tanya Sasuke

"Ikut," jawab Sakura

"Yaudah sana, aku nitip, ya?" pinta Sasuke

"Oke, yang semangat ya nyari mangganya? Haha." Sakura tertawa-tawa lalu mengamit lengan Ino dan Hinata. Kalau Naruto dibiarin jalan sendiri.

"Aku mau yang jelly waw ah," Hinata mengambil es krim itu lalu membayarnya bersama yang lain. Tak lama kemudian terdengar suara "BRUK" yang berasal dari pohon mangga itu.

'Ada apa?' pikir mereka berempat 'Apakah Sasuke jatuh dari pohon? Ma-mana mungkin?'

TBC

Disclaimer : Be Myself In a Week © Hanaya Muchiniwa

Bring Me To Life © Evanescence

Never Say Never © Justin Bieber feat Jaden Smith

oke, chapter 6 selesai. Ada yang tau ga? Ini aku ngerjainnya jam setengah 4 subuh looo. Haha. Eh kenapa tuh Sasuke? Mati? TIDAAAAAAAAK Sasuke jangan mati. Haha spoiler? *readers : ga butuh*

(1)Jabs itu sama dengan PSK atau bahasa gaulnya JABLAY wkwk

(2)Salabenda itu nama daerah di bogor.

Hem, ceritanya tidak memuaskan? Hah, emang, author teh suka gini. Kebanyakan dialog? MWAHAHAHA ga usah nanya deh. Emang kebanyakan dialog. Ini mah namanya bukan fict tapi naskah dialog wkwk.

Tapi bagus kan? Ting ting *ngedip ngedip
Oiya, sekarang aku udah tau hobinya readers yang ini NGE DEATHGLARE AUTHOR! Ebuset pas aku bilang ceritanya bagus readersnya malah ngedeathglare wae. Tapi author dengan senang hati akan membantu readers kalo readers butuh bantuan. kan aku baik hati dan tidak sombong gitu *PLAK*

Kalau memang ceritanya jelek ga apa-apa, bisa dikasih masukkan atau saran

Kalau bagus? Silakan puji-puji author. Kotak pujian author sih emang udah mau penuh gitu, tapi ga apa-apa deh kalau kalian semua mau puji author *Jeger*

Oke, bacotan sekian terimakasih, enjoy bonusnya, ya! Oiya, ini diambil dari kisah nyata, tapi ada juga sih yang ngada-ngada. Ini waktu pas author sama temen-temen keluyuran pas mau ngambil rapot. Ahaha *readers : katanya bacotan udahan?*

BONUS

Sasuke : esumap, ye? ni anak udah kaya petasan banting ngamuk, kaga mau diem

Sakura : tau tuh

Naruto cuma garuk bagian belakang kepala yang ga gatel

Sakura : nih udah sampe loket beli tiket. aku tanya dulu ya tiketnya berapa kalo naik kereta sampe oto

Sakura : 2 ryo

Sasuke + Naruto : oke, nih -mengulurkan uang 2 ryo-

Sakura : nih tiket kalian, jangan ilang

Naruto : sekarang ngapain?

Sakura : nunggu kereta lah

Sasuke : tau ni si Naruto ga bisa diem

Naruto : lama ga?

Sasuke + Sakura : PS lu besok ilang

Naruto : hehe peace atuh

15 menit kemudian

Sasuke + Sakura + Naruto : ebuset lama amat keretanya

10 menit kemudian

Sasuke + Sakura + Naruto : aduh jamuran deh disini

5 menit kemudian

kereta jurusan konoha-oto sudah sampai

Sasuke : ayo buruan, nanti ketinggalan

Sakuraa + Naruto : yu

bonus TBC

Be Myself In A Week chap 5

Tebakan : kucing kakinya empat kalo kucring kakinya berapa?

WARNING : OoC tingkat tinggi ; AU to the max ; kebanyakan dialog

Disclaimer : Yang punya Naruto dan tokoh tokohnya yang lain om Kishi, tapi ceritanya punya author - udah males ngelawan om Kishi

Pairing : Bakal banyak dan belum diputuskan

I hope u enjoy it

Chapter 5

"Mari berpikir," Naruto memasang tampang (sok) mikir yang amat-sangat-tidak-meyakinkan

"Oh!" Sasuke menepuk bahu Naruto seraya mengatakan idenya dalam bisikkan "Jadi kita ikut—" namun belum selesai Sasuke berkata, Sakura sudah memotong "Kalian mau duduk dimana? Kalian duduk di pojok ga apa apa, kan?"

Ternyata mereka sudah berada di ruangan kelas 7. Ruangan kelas 7-8 tepatnya. Ino mengetuk pintu lalu mengintip ke dalam kelas. Tidak ada guru. Mereka masuk ke dalam kelas dengan diiringi oleh tatapan bertanya dari semua penghuni kelas itu. Sasuke dan Naruto duduk di paling pojok kelas. Mereka berusaha untuk mengabaikan semua tatapan itu.

'Aku kan pakai badan Sasuke,' pikir Naruto

'Aku kan punya karisma ganteng dari lahir,' pikir Sasuke

"Assalamualaikum," Seorang wanita berambut hitam panjang masuk ke kelas

"Waalaikumsalam," penghuni kelas 7-8 itu menjawab salam dari seseorang yang baru masuk itu.

"Nah," kini orang itu sudah berada di depan kelas "Anak-anak, sekarang kita kuis."

Terdengar keluhan dari murid murid. Seperti "aaahh" atau "iiihh" atau "nggghh" banyak sekali. Namun kelas itu mendadak sepi saat si rambut pink, Sakura. Mengacungkan tangan dan berbicara.

"Bu Kurenai," ah, ternyata nama guru itu kurenai "di sana," Sakura menunjuk bagian pojok kelas dimana Sasuke dan Naruto duduk "ada murid baru, dia—maksudku mereka boleh kan belajar bersama kita semua?"

Kurenai terdiam sebentar lalu berkata kepada Sasuke dan Naruto "Kalau kalian ingin ikut belajar, kalian harus berbicara dulu ke kepala sekolah. Sakura, tolong tunjukkan mereka dimana ruangan kepala sekolah!" guru kewarganegaraan itu berkata lembut namun tegas

"Baik, bu." Sakura tersenyum patuh pada gurunya itu. Sasuke dan Naruto hanya bisa diam termenung sambil cengok. 'Mereka ngomong apa, sih?' pikir mereka berdua

Sakura menoleh kebelakang, tepatnya ke arah Sasuke dan Naruto lalu menarik napas untuk berkata pada dua orang itu, dalam bahasa jepang tentu saja. "Kalian pasti ga ngerti kan tadi aku sama bu kurenai ngomong apa?" Sakura bertanya misterius kepada dua anak beranjak remaja dibelakangnya. Dua anak itu hanya menggeleng penasaran. Melihat itu, Sakura hanya bisa menghela napas seraya berkata "Mau tau aja,"

Sasuke dan Naruto memberikan deathglarenya yang luar-biasa-mematikan sampai sampai semut yang lewat saja tepar (?) namun Sakura tidak bodoh. Dia mengetahui tatapan kedua rekannya itu lalu menghembuskan napas menyerah "Oke, oke, tadi katanya, kalian—sama aku, disuruh pergi ke kepala sekolah," Sakura mengakhiri ocehannya dengan memutar bola mata

"Sakura, sedang apa?" Kurenai bertanya pada Sakura

"Ini, lagi mau—" Sakura mengambil waktu untuk berpikir "nyatet PR dulu," Sakura menyambar pergelangan tangan Naruto dan Sasuke lalu menariknya "Ayo, Sasuke, Naruto kita ke ruang kepala sekolah!"

Yang ditarik hanya bisa pasrah.. dan cengok

"Ini ruangannya," Sakura melepaskan genggaman tangannya di kedua anak lelaki itu lalu menambahkan "Aku antar sampai sini aja, ya! Masuk sendiri sana, aku balik ke kelas, dadah!" Sakura melambaikan tangannya pada kedua orang itu lalu beranjak pergi menuju anak tangga terdekat dan berlari menyusuri tangga itu tanpa menghiraukan panggilan minta tolong dari Sasuke maupun Naruto

"Sak—yah udah ngilang, Sas." Naruto memberitahu Sasuke seakan-akan Sasuke tidak bisa melihat kepergian Sakura

"Aku juga bisa liat kali," Sasuke berkata enteng lalu mengetuk pintu didepannya yang bertuliskan "Principal/kepala sekolah"

Terdengar jawaban seperti kata "Masuk," dari arah dalam. Tanpa membuang-buang waktu, Sasuke dan Naruto memasuki ruangan itu. Berbeda sekali dengan kelas 7-8 yang mereka masuki tadi. Ruangan ini walaupun lebih kecil tapi lebih rapi, bersih dan mewah. Tentu saja karena ini ruangan kepala sekolah, coba kalau ini ruangan sekuriti, pasti ga bakal mewah.

"Silakan duduk," seorang kakek berjenggot super putih mempersilahkan Sasuke dan Naruto duduk tentunya dengan bahasa Indonesia "Ayo, duduk," Orang itu memberi isyarat pada Sasuke dan Naruto untuk duduk di sofa cokelat di ruangan itu namun nihil, Sasuke dan Naruto tetap tidak mengerti apa yang dimaksudkan kakek tua itu.

Tiga-tiganya cengok.

"Kalian mau minum dulu?" tanya si kakek sekali lagi, namun tidak berhasil mendapat respon dari dua pemuda didepannya

"What kind of language was that? Indonesian?" Sasuke bertanya pada Naruto yang ditanya juga sama tidak mengertinya dengan yang bertanya

"I don't know. You can ask him," Naruto mengusulkan

"But, I can't speak Indonesian.I can only speak japanese and english. How can I do—" Belum Sasuke menyelesaikan kalimatnya, dia mendengar kakek tua itu berkata—kali ini dengan bahasa jepang

"Kalau kalian ada masalah dengan bahasa, kalian bisa tanya ke saya, anak anak. Namaku—ah, tentu saja! Aku harus mempersilakan kalian duduk dulu. Ayo silakan duduk!" Kakek tua itu akhirnya berhasil juga membuat dua pemuda didepannya duduk di sofa cokelat

"Jadi, sekarang, apa keperluan kalian?" kakek itu bertanya kepada Sasuke dan Naruto setelah cleaning service setempat membawakan tiga cangkir berisi teh di atas meja di ruangan itu.

"Kita disuruh sama wanita rambut panjang yang tadi ngajar di kelas 7-8 buat datang kesini, kita juga ga ngerti kenapa kita disuruh ke sini," Naruto angkat bicara kali ini

"Eum, kalau begitu Kurenai, ya?" tanya si kakek

Yang ditanya malah menggeleng tak tahu

"Kalau begitu, kalian murid baru?"

Naruto mengangguk bersemangat

'Oh great, Naruto baka dobe, kalau kau begitu, nanti, si kakek sialan itu ga bakal ngebiarin kita pergi gitu aja, baka!' pikir Sasuke

"Aku tidak pernah merasa mendapatkan murid baru di bulan ini, kalian dari mana? Kumogakure?" si kakek bertanya lalu menambahkan dengan gumaman tak jelas "Ah, jadi ingat kampung halaman,"

"Tidak, tidak, kami dari Konoha." Naruto menjawab enteng seraya mengibas ngibaskan tangannya di depan muka

"Tapi aku tidak pernah mendengar ada murid baru disini. Orang tua kalian mana?" si Kakek itu bertanya sekali lagi

"Orang tua kami.. di.. errr.. ngg.." bingung, Naruto tampak bingung untuk menjawab pertanyaan si kakek, namun, beberapa saat kemudian dia sudah mendengar Sasuke melanjutkan perkataannya

"Di Konoha!" Sahut si jabrik itu tanpa dosa, Naruto menyiku pinggul Sasuke seraya berkata dalam bisikkan "Kamu ngomong apa, sih? Kok Konoha?" namun tidak ada respon sama sekali

"Kalian kesini sendirian?" Tanya si kakek tampak khawatir

"Tidak juga, orang tua kami mengantar kami ke sini lalu mereka balik lagi ke konoha. Urusan pekerjaan," Sasuke menjawab enteng, tanpa merasa bersalah "Orang tua kami menyuruh kami ke daerah sini untuk bersekolah. Kurang lebih seminggulah." tambahnya

'Sasuke pinter juga, ya!' pikir Naruto enteng 'Kirain pinter pelajaran doang, ga taunya ngibul juga pinter! Kapan kapan kalo aku jadi penjahat mau nyewa Sasuke aja deh buat jadi pengacara,' imbuhnya

"Oh ya, ya, saya mengerti. Engg, kalau boleh saya tahu, kalian kembar?"

"Hah?" Sasuke dan Naruto bertukar pandang bingung

"Eum, kalian seibu sebapak, kan? Atau kalian saudara tiri?" tanyanya

"Oh, dia saudara sepupu saya, kek." Kini Naruto angkat bicara

'Sepupu? Sepupu dari seorang Uzumaki? Ogah,' pikir Sasuke

"Oh, ya, ya, kalian saudara sepupu, ya? Hebat, ya, saudara sepupu bias akur, cucu-cucu saya tidak akur seperti kalian, hehe." Kakek itu meringis lalu melanjutkan "Oh, ya jangan panggil aku kakek, tidak biasa. Panggil saja aku Pak Ei,"

"Baik pak Ei!" Sahut Naruto bersemangat

"Baik anak-anak manis, sebaiknya kalian kembali ke kelas sebelum jam—ouch! Kalian sudah makan siang?" Kakek itu yang ternyata bernama Ei bertanya pada dua pemuda didepannya

"Tidak, eh belum," Sahut Naruto

'Belum,lah, orang dari tadi kita disuruh disini terus,' pikir Sasuke

"Kalau begitu kalian mau makan dimana? Mau makan bersamaku? Bagimana kalau di Hoki Hoki Bentol? Mereka menjual makanan khas daerahmu—daerahku juga, bagaimana?"

"Errr.." Naruto dan Sasuke tampak bingung untu menjawab tawaran yang satu ini, bagaimana pun juga mereka itu murid baru gratisan. Tapi.. mau gimana lagi?

"Nomer 5 jawabannya adalah A, mengapa jawabannya A? Siapa yang tau?" Ternyata guru yang tadi masih mengajar, Kurenai

Terlihat LUMAYAN banyak anak yang mengacungkan jarinya

'Haus nilai,' pikir Sakura

TOOOOTTT…

"Satu.." Sakura berbisik pelan

TOOOOTTT

"Dua.." ia berbisik lagi

TOOOOTTT

"Tiga. Satu lagi, dong!" Sakura menunggu beberapa detik sebelum akhirnya dia menyadari "Istirahat,"

Sakura sudah mau keluar kelas dengan dua sahabatnya yang lain—Ino dan Hinata—namun panggilan bu Kurenai menghentikan langkahnya dan dua sahabatnya

"Sakura, dua anak baru yang tadi dimana? Kenapa belum kembali?"

Sakura memutar mata bosan "Kan sedang dengan kepala sekolah," Sakura mengambil waktu sebentar untuk menghela napas sebelum dia menghampiri Ino dan Hinata yang sudah berada di luar kelas

"ITADAKIMASU!" Teriak mereka bertiga bersamaan. Err, sebenarnya hanya Naruto yang berteriak, dua yang lain hanya berbisik sopan

Beberapa menit kemudian

"Ah, enak sekali, terima kasih, kek! Ngg, maksudku Pak Ei! Kenyang sekali," Naruto berkata sambil memegang perutnya yang sudah buncit dipenuhi ramen

"Terima kasih makanannya," Sahut Sasuke sopan yang diiringi oleh anggukan dari si kakek, atau sekarang kita bisa menyebutnya Pak Ei atau kepala sekolah

"Ramen disini enak sekali aku bisa nambah dua kali, haha. Hei, Sasuke!" Naruto mencoba meraih pundak rekannya yang dipisahkan oleh Pak Ei

"Hn?" respon Sasuke

"Kalau kita sudah mau pulang bagaimana kalau kita beli beberapa porsi ramen dulu disini? Untuk bekal ke Konoha, maksudku," Naruto berusul, namun hanya ditanggapi dingin oleh si jabrik "Hn, terserah."

"Sebaiknya kita segera kembali ke sekolah, sekarang sudah jam—WOW! Tak terasa, ya? Begitu banyak waktu yang terbuang kalau sedang bersama-sama, haha!"

Naruto hanya menggaruk bagian belakang kepalanya—kepala Sasuke—yang tidak berkutu sedangkan Sasuke hanya bergumam pelan- pelan sekali sampai tidak ada yang dengar "Itu menurutmu saja, kek tua!"

"Nah," Pak Ei mengambil waktu dulu untuk berpikir "Kalian mau ke sekolah atau pulang?"

"Sekolah!" Jawab Naruto bersemangat

"Oke," Pak Ei menyetujuinya bak supir

"Sudah sampai! Sebaiknya kalian segera masuk kalau tidak mau dimarahi guru kalian," sahut sang kepala sekolah saat mereka sudah turun dari mobilnya "Dan jangan lupa berikan ini pada wali kelas kalian," Kepala Sekolah itu menyodorkan sebuah kertas daur ulang kepada Sasuke

Sasuke dan Naruto bertukar pandang bingung. Tentu saja mereka tidak mengerti. Kertas itu berbahasa Indonesia.

Sang kepala sekolah memberikan anggukan sopan dahulu kepada staf TU yang tadi menyapanya sebelum merespon ekspresi dua pemuda di depannya "Ini izin tertulis untuk mengikuti pelajaran disini selama.. seminggu?"

"Ya." Sahut Naruto menegaskan, Sasuke hanya mengangguk

"Baiklah, sebaiknya kalian segera masuk, ya?"

"Hn," Jawab Sasuke singkat. Tak berapa lama kemudian, si pirang dan si pantat ayam sudah memasukki undakan pertama menuju bangunan sekolah itu

"Dasar anak muda," Gumam Pak Ei sambil lalu

BRAK! Terdengar suara pintu kelas yang dibuka paksa

'Ah, guru killer itu lagi.' Pikir Sakura bosan

"Buka halaman 56, kerjakan latihan A dan B. Kumpulkan PR kalian disini, yang tidak mengerjakan, silakan keluar!" sadis, guru killer itu mengedarkan pandangannya ke penjuru kelas namun perhatiannya teralihkan saat mendengar suara pintu diketok

Tok tok tok.. ngeek

"Hehe, permisi,"

Ah, ternyata duo anak-beranjak-remaja yang baru saja datang dari acara makan-makannya bersama kepala sekolah, Pak Ei. Mengucapkan salam dengan—tentu saja—bahasa jepang

"Kalian siapa? Asal saja masuk ke kelasku." Guru killer itu—yang ternyata name tagnya bertuliskan Ibiki—bertanya kepada dua anak itu

Naruto—salah satu dari dua anak itu—berjalan menuju tempat duduknya semula dengan melemparkan cengirannya sambil lalu. Begitupun Sasuke, namun tidak disertai cengiran kalau Sasuke, mah.

"Hei, Kalian dengar tidak?" sahut Ibiki tidak sabar

Tak ada respon. Yang bersangkutan malah asyik membuka-buka komik atau novel yang mereka—naruto—bawa.

"Tidak ada novel di kelasku!"

Tak ada respon (lagi)

"SILAKAN KELUAR DARI KELASKU! SE-KA-RANG!"

Kali ini Sakura tidak diam saja, dia membalikkan badannya lalu menoleh ke duo konoha dibelakangnya itu. Namun, naas, belum sempat dia berbicara sesuatu, Ibiki sudah meneriakinya

"Kau juga, merah muda, kalian keluar atau aku yang keluar!"

Terdengar bisikkan dari beberapa anak yan menyetujui kalau Ibiki saja yang keluar dari kelas itu, tapi tak sedikit juga yang mengatakan kalau sebaiknya Sakura dan yang lainnya yang keluar

"B-baik pak," Sakura mengalah, dia segera bangkit dari tempat duduknya, lalu, meraih pergelangan Sasuke dan Naruto seraya menyeretnya keluar dari kelas itu. Yang ditarik terdengar meronta-ronta minta dilepaskan

"Kamu kenapa, sih?" tanya Naruto saat ketiganya sudah berada di luar kelas

"Apa katamu? KENAPA?" nada suara Sakura meninggi saat mengatakan "kenapa"

"Kamu ngomong apa, sih? Indonesia, ya?" Sasuke angkat bicara, bukan hanya bahasa Sakura yang tidak dia mengerti, sikap Sakura barusan pun juga

"Oke, PAK IBIKI MENGUSIR KALIAN DARI KELAS, TAU?" kini urat nadi Sakura menyembul keluar di lehernya

"Kenapa? Kalau kami berdua doang, kenapa kamu ikutan keluar?" Naruto berkata pelan, numun ada sedikit nada kesal, Sasuke terlihat mengangguk setuju

"Karena," Sakura mengambil waktu dulu untuk menghela napas agar perasaannya lebih baik "saat pak Ibiki bertanya pada kalian, kaliannya ngegaringin. Terus, pas ditanya lagi kaliannya malah baca novel,"

"Oh iya aku ngerti, lagian disini yang salah siapa coba?" Sasuke menghentikan perkataannya lalu menoleh kepada dua temannya, saat dilihat mereka menggelengkan kepala, dia lalu melanjutkan "Ibiki,"

"Kenapa?" Sakura dan Naruto betanya bersamaan

"Karena, dia tidak pake bahasa jepang, bahasaku dan Naruto," Sasuke melirik kearah Naruto, saat melihat temannya tidak mengerti, dia menambahkan "Ih, masa ga ngerti juga? karena dia ga pake bahasa jepang, jadi, kita ga bisa ngerti, gitu."

"Ooooh~" kini Naruto mengerti apa yang Sasuke bicarakan, namun Sakura terdengar membantah

"Nggak, dong! Dia kan tidak bisa bahasa jepang!"

"Kita juga ga bisa bahasa Indonesia!" Sasuke dan Naruto tak mau kalah dengan Sakura, akhirnya perdebatan kecil terjadi diantara mereka bertiga

"Lalu kalau ga bisa bahasa Indonesia, NGAPAIN KE INDONESIA?" kini Sakura tidak bisa lagi menahan amarahnya yang sedari tadi membendung

"Damn Sakura!" Sasuke berkata enteng tanpa melihat wajah Sakura, yang dikatain terlihat marah

"Sampah," Kini giliran Naruto yang angkat bicara, namun kali ini dengan bahasa Indonesia

Kini prapatan di dahi lebar Sakura makin terlihat "APA KATAMU? SAMPAH?" Sakura mengepalkan kedua tangannya lalu..

DUK

"Aw," keluh Naruto

"Kan dia yang bilang sam-sam-sambah," Sasuke menunjuk Naruto dengan jari tengahnya lalu melanjutkan dengan nada dan nadi yang meninggi "KENAPA AKU DAPET PUKUL JUGA? DAMN SAKURA!"

"Rasanya puas." Desah Sakura. Sakura meresapi setiap kata Sasuke yang terdengar sangat-indah di telinga Sakura, beberapa detik kemudian ia menyadari kalau ada yang salah di uacapan Sasuke "Itu bukan sambah tapi sampah, hahaha."

"Apalah," Sasuke melihat ke sekeliling, bibir Sakura berkedut-kedut menahan tawa, Naruto bahkan sudah tertawa tanpa suara. Menyadari itu, Sasuke memberikan deathglarenya seraya berkata "Diam kalian semua!"

Beberapa menit kemudian

TOOOOOTTT

"Satu," bisik Sakura

TOOOOOTT

"Dua," Kini diikuti Naruto

TOOOOTTT

"Tiga,"

"EMPAAAAAAATTT," teriak Sakura dan dua rekannya

Awalnya Sasuke dan Naruto tidak mengerti apa itu arti dari empat kali bel, namun, beberapa detik kemudian mereka baru mengerti kalau bel empat kali tu artinya pulang

Sesaat kemudian, pintu kelas terlihat dibuka (baca : dibanting) oleh tak lain tak bukan Ibiki

Sakura dan lainnya bergidik ngeri sebelum si guru sangar itu menghilang di balik tangga

"Ayo, kita ambil tas di kelas!" Sakura memberi isyarat pada kedua temannya untuk masuk ke kelas, namun duo konoha yang diajak itu tidak bergerak dari posisinya "Kalian mau pulang, kan?"

"Eh, iya." Jawab duo konoha itu hampir bersamaan

"Ah, bagaimana kalau kita berlima pulang bareng?" Gadis pirang ikat kuda mengusulkan kepada 4 orang rekannya

"Hn? Oke deh," Sahut si rambut indigo panjang yang amat-sangat-manis

"Tapi, rumah kalian dimana?" Dahi Sakura berkerut saat duo konoha yang ditanyanya itu menggeleng

"Hah? Kalian ga punya rumah? Gembel gitu? Haha untung kalian ga bisa bahasa indonesia, gembel gembel haha," gadis pirang yang bernama Ino itu meledek ledek duo konoha dengan tentu saja bahasa indonesia dan ekspresi datar -_-

"Sssst, Ino! Ga boleh gitu." Hinata si indigo mengingatkan temannya

Namun Sakura tidak ambil bagian di perdebatan kecil itu, dia masih penasaran dengan Sasuke dan Naruto "Ga punya rumah?"

"Kami tinggal di hotel." Jawab Sasuke

"Bagaimana kalau kami ke hotel kalian? Maksudnya di hotel tempat kalian nginep." Hinata mengusulkan

"Hn?" Sasuke cengok

"Maksud Hinata, dia mau ngeliat hotel yang tempat kalian nginep," Sakura mengartikan ucapan Hinata layaknya alfalink berjalan

"WHAT?"

TBC

Ini sebenernya fict atau dialog? Dialog semua isinya HUWAAAA *guling guling di aspal* apapun itu dialog atau fict yang penting PERFECT...
oke, readers ngeliatnya jangan gitu dong, fictnya BAGUS BANGET deh ga jadi perfect...
deathglarenya udahan dong, yaudah fictnya BAGUS doang deh...
ga bosen apa ngedeathglare author wae? Yaudah tuh fictnya ANCUR, JELEK, PARAH, puas?
readers : IYA BANGET

Oke deh kalian semua sependapat dengan readers yang disitu? Bisa kasih masukkan

Kalo ga sependapat, bisa puji puji aku, tenang aja aku ga bakal terbang, atau ngefly, atau ngapung, atau apalah haha *JEGER*


I will never say never
I will fight till 4ever
Whenever u knock me down
I will not stay on the ground


Besok Author ulang tahuuuuun, jangan lupa kasih kado yaaaa *muka kecoak melas mode : on* kenapa kecoak? Karena author udah bosen sama anjing melas

BONUS

Sasuke : kita jadi ngebolang?

Naruto + Sakura : jadi dong haha

Naruto : eh, ngebolang kemana, teh?

Sasuka + Sakura : *jitak Naruto* ke rumah lu

Naruto : oke deh

Sakura : Ih percaya lagi, kita mau ngebolang ke otogakureeee~

Naruto : katanya mau ke rumah aku?

Sasuke : diem atau besok PS lu ilang

Naruto : yah terserah

Sakura : Kita ke Oto naik apa, sas?

Sasuke : naik pesawat jet gua

Sakura Naruto cengok abis

Sasuke : ngga lah, naik kereta

Naruto : punya lu?

Sasuke : besok PS lu ilang awas aja

Naruto : peace hehe, stasiunnya dimana, nih?

Bonus TBC