Minggu, 01 Agustus 2010

Be Myself In A Week chap 6

Jawaban dari tebakan chap kemaren adalah *sfx : teng tereng* : EMPRAT! Selamat yang udah jawab, dapet piring cantik. Berhubung piringnya udah abis jadi ga ada piring lagi ya haha *ditebas*

WARNING : OoC tingkat tinggi ; AU to the max ; kebanyakan dialog

Disclaimer : My beloved brother, masashi kishimoto

Pairing : Bakal banyak dan belum diputuskan

I hope u enjoy it

Chapter 6

"Maksud Hinata, dia mau ngeliat hotel yang tempat kalian nginep," Sakura mengartikan ucapan Hinata bak translator

"WHAT?" Sasuke dan Naruto terkejut dengan perkataan Sakura

"Kenapa?" tanya Sakura

"Hotelnya.. eh, hotelnya." Naruto tampak bingung menjelaskan, sementara Sasuke juga sedang berpikir, lalu setelah berpikir, Sasuke menyikut pinggul Naruto lalu membisikkan sesuatu.

"Kau gila, ya, teme?" Naruto tampak kaget dengan penuturan Sasuke yang tadi dibisikinya

"Ga apa-apa, deh. Mungkin mereka bisa bantu." Jawab Sasuke

"Ayo, kita ke hotel rambutan." Ajak Naruto ang tentu saja dengan bahasa jepang. Hinata dan Ino tidak mengerti, jadi mereka hanya diam saja di posisi mereka semula. Melihat itu, Sakura berinisiatif untuk mengajari mereka bahasa jepang, kapan kapan. Ya, kapan-kapan, yang sekarang dia harus lakukan adalah menarik pergelangan tangan mereka (Ino dan HInata) seraya mengatakan "Katanya, kita boleh ke hotel Rambutan,"

"Mau ke kamarku-maksudku kamar kami?" tanya Sasuke dengan sikap khas Uchiha saat mereka berlima sudah sampai di gerbang masuk hotel rambutan

"Iya, dong!" Jawab Sakura "Hinata, Ino, kita masuk ke kamar mereka berdua, yu!" Ajak Sakura kepada dua teman perempuannya

"Apa? Sakura itu kan kamar cowok," Hinata melanjutkan kalimatnya dengan sebuah bisikkan pada Ino dan Sakura "Pasti bau,"

Sasuke dan Naruto hanya bisa cengok seraya bergumam dalam hati "Dasar cewek tukang gosip,"

"HAHAHAHAHAHA!" Sakura tertawa lebar sekali. Naruto dan Sasuke bergumam lagi "Yakin, nih Sakura itu cewek?"

Sedangkan Ino hanya bisa mengikik kecil, kecil sekali "Hihihihi,"

Bagaimana kalau Hinata? Dia tidak tertawa karena dia tidak tahu, apa yang lucu?

"Mau masuk, ga?" tanya Naruto pada tiga cewek didepannya

Tiga cewek itu mengangguk mantap lalu melenggang masuk melewati dua cowok dibelakangnya.

"Beneran, nih mau masuk?" tanya Naruto saat mereka semua sudah berada tepat di depan pintu kamarnya, kamar 214

"IYA, CEREWET!" emosi, Sakura membalasnya dengan suatu teriakkan berbahasa Indonesia

Ngeeeek

"Waaaaa!" terdengar sorakkan kagum dari para cewek saat mereka semua sudah masuk ke dalam kamar yang didominasi dengan warna krem dan cokelat mewah itu.

"Orang tua kalian dimana, ngomong-ngomong?" tanya Hinata, lalu Sakura menerjemahkannya

"Eh, di Konoha," Jawab Naruto innocent

Sakura cengok, butuh beberapa detik untuk mencerna perkataan Naruto, lalu menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia

"Loh kok? Terus, kalian.. kok bisa nyampe sini?" tanya Hinata yang diiringi tatapan bertanya dari semua anak minus Sasuke dan Naruto

"Jadi, gini..." Sasuke menjelaskan sebab mereka berada disini. Tentang nenek di taman itu, tentang berita kalau semua ibu hamil di Konoha akan diaborsi, tentang si supir taxi yang hampir dipukul oleh Naruto, pertemuan tak disengaja di botani square, kedatangan mereka di sekolah anak cewe itu—maksudnya SMP N 1 Bogor—dan juga pertemuan dengan kepala sekolah tadi pagi. Pokoknya, Sasuke berusaha tidak meninggal setitik detail pun saat menerangkan—mungkin lebih tepatnya bercerita—sebab mereka berdua ada di Bogor sekarang ini.

Ino mencolek pundak Sakura seraya bertanya "Dia ngomong apa?" Hinata juga memandang Sakura dengan tatapan mereka-ngomong-apa-sih-?. Tapi mereka tidak mendapatkan respon apapun dari Sakura. Sakura malah bertanya kepada Sasuke dan Naruto. Dengan bahasa jepang tentunya

"Gimana cara nyembuhinnya?" tanya Sakura kepada Sasuke dan Naruto

"Harus makan mangga muda bekas ibu hamil," jawab Naruto

"Eh, Sakura, ada apa, sih? Kok mereka sedih?" tanya Ino pada Sakura

"Katanya Sasuke..." Sakura menceritakan apa yang tadi Sasuke bilang. Namun bahasanya berbeda.

"Oh, jadi harus makan mangga muda bekas, ya?" tanya Ino setengah geli setengah prihatin

"Di Indonesia banyak, kok ibu hamil. Jadi, kalian berdua tenang aja, ya." Kata Hinata yang tentu saja tidak ditanggapi oleh dua cowok itu

"Tunggu dulu, deh. Kalau kalian tukeran badan berarti, yang rambutnya hitam Sasuke yang rambutnya jabrik Naruto?" tanya Sakura kepada kedua cowok didepannya

"Betuuul! Seratus buat nona Haruno, haha." Jawab Naruto

'Sasuke, sifatnya cool gitu ditambah badan yang modelnya kaya gitu. Pasti keren banget. Pake badannya Naruto aja dia udah cool gitu, gimana pake badannya yang sesungguhya? Naruto, orangnya cerewet aku ga terlalu suka, tapi ternyata badannya tuh tukeran toh. Haha, kalo gitu sih, iya, pantes. Sasuke yang sikapnya (sok) cool pake badan kaya gitu, Naruto yang kaya petasan banting badannya kaya gitu. Haha cucok booo.' Pikir Sakura

"Hei, Hinata, Sakura!" Ino mencolek bagian pundak kedua temannya itu yang dengan sukses membuyarkan lamunan Sakura "Ada apa?" respon keduanya

"Kita pulang aja, yo!"

"Aku sih terserah," sahut HInata

"Sasuke, Naruto, kita pulang dulu, ya?" Sakura meminta izin kepada si empunya, maksudnya penyewa maksudnya yang sedang menempati kamar hotel itu tak lain tak bukan Sasuke dan Naruto

"Tunggu dulu," Sasuke reflek menggenggam pergelangan tangan Sakura (perhatian : megang doang ya ga ngapa ngapain, ini rating K+ lo) "Kau—kalian tau orang di sekitar sini yang lagi hamil?" tanya Sasuke pada tiga anak cewek didepannya

"Aku ga tau. Hei Hinata, Ino, kalian kenal ga sama orang yang lagi hamil? Siapa gitu." Tanya Sakura pada kedua temannya, keduanya menggeleng. Sasuke menghembuskan napas menyerah, Naruto yang tadi Cuma diam aja akhirnya ikut bicara "Gimana dong, tem?"

"Gimana? Ya harus dicari sampai dapet lah! Udah jauh-jauh kesini ga dapet mangga muda." Sewot Sasuke

Sakura memandang pergelangan tangannya yang dari tadi depagangi Sasuke terus lalu meminta izin untuk pulang "Ehem, Sasuke, sekarang boleh pulang?"

Sasuke blushing. Ga nyadar kalo dari tadi dia megangin tangannya Sakura. Sasuke kira dia lagi megangin apa gitu yan lembut-lembut gimanaaaa gitu. Eh ga taunya megangin tangan Sakura "Eum, ya, silakan." Jawab Sasuke dengan sikap khas Uchiha

"Makasih." Jawab Sakura. Tanpa menunggu persetujuan dari Naruto, Sakura segera keluar dari kamar itu. Tak lama kemudian, Ino dan Hinata pun sudah ada di ambang pintu untuk pulang "Pulang dulu, ya." Kata mereka berdua

Hinata POV

Aku melangkah pergi dari kamar kedua cowok itu. Lucu, ya? Tukeran badan, aku juga mau tuh kalo sama Britney Spears. Tapi sayangnya britney spears lagi sibuk jadinya ga bisa tukeran badan sama aku deh. Tapi kalo sama Taylor Swift juga ga apa-apa. Mumpung pacarnya ganteng kayak Taylor Lautner. Eh, udah putus, kan mereka? Apa belum? Kalo ga salah udah putus deh. Ga apa-apa deh putus-ga-putus aku tetep suka sama Taylor Swift. Tapi kayaknya cantikan Miley Cyrus, deh? Mukanya cute abis, haha. Vanessa Hudgens juga. Sayangnya mereka semua lagi pada banyak job, coba kalo ga ada. Udah tukeran badan sama aku, tuh. *Author : aku juga mau kali kalo tukeran badan sama mereka semua, Hinata maruk, ah ga temen*

End of Hinata POV

"Hinata apa sih? Senyum-senyum sendiri, besok kayaknya harus diperiksa, deh." Ino berkata dramatis sambil meletakkan punggung tangannya di jidat Hinata, memeriksa.

"Haha, Ino bisa aja." Kata Sakura

"Ngga, tadi cuma ngebayangin kalo aku tukeran badan sama Miley Cyrus, haha." Ujar Hinata yang diselingi dengan tawa yang lain

"Hei," Sakura menyentuh pundak kedua temannya saat mereka sudah berhenti tertawa yang dengan sukses membuat dua sahabatnya itu menoleh kepadanya seraya melemparkan pandangan bertanya, Sakura berujar kembali "Orang hamil, tuh."

"Mana? Mana?" tanya kedua sahabatnya itu mencari-cari. Mereka akhirnya menemukan orang yang dimaksud Sakura setelah mereka mengikuti sorot matanya.

"Dia cewek apa cowok? Kok sangar, ya?" Ino bertanya kepada dua yang lain yang disambut dengan double jitakkan keras di kepalanya. Memang sangar, sih. Ibu hamil pake baju anak punk yang ada tulisannya "My Chemical Romance" terus rambutnya pendek. Gimana ga mirip cowok? Author aja sampe bingung =='

"Cewek lah, sayang." Jawab Sakura sedikit menggoda

"Ih, yaiks Sakura. Ino, besok kita bakar rumahnya Sakura, yu? Udah jabs(1), lesbi lagi, hoek." Hinata berkata dramatis sambil memperagakan orang muntah di depan kedua temannya. Ketiganya kini tertawa dan melupakan orang hamil itu.

"Tau ah. Pulang yu?" Sahut Sakura

"Oke, Sakura mau pulang kemana? Kerumahku apa rumah Hinata?" kata Ino

Krik krik krik (Hoi, jangkrik siapa tuh? Ambil sana! ganggu aja ==')

"Ke rumahku sendirilah," jawab Sakura sewot. Tak lama kemudian datanglah angkot hijau yang bagian bawahnya dicat biru bertuliskan "03" Sakura menghantikan laju angkot itu dengan cara melambai-lambaikan tangannya dipinggir jalan

"Duluan, ya." Kata Sakura

"Dadah." Jawab dua yang lain

"Hei, Hinata, aku harus jalan sampai sana. Aku duluan, ya." Sahut Ino beberapa saat setelah kepergian Sakura

"Oke, dadah."

Hinata POV

Sebuah angkot 07 lewat didepanku, aku langsung menyetopnya tanpa menunggu aba-aba dari siapapun termasuk author. Angkot itu menepi. Aku masuk ke dalam angkot itu dan menduduki bagian pojok, bagian favoritku. Karena disitulah aku bisa merasakan angin sepoi-sepoi yang bisa menyejukkan atau sekedar tidur di dekat speaker yang berada dibagian belakang.

"Hoam," rasa kantuk menyerangku secara tiba-tiba. Aku segera memejamkan mataku dan menyenderkan kepalaku di speaker itu. Lalu, tertidur pulas

"De, de, mau turun dimana, de?" ujar si supir angkot

Reflek, aku membuka mataku dan melihat keadaan di luar. Butuh beberapa detik untukku mencerna apa yang terjadi. Aku sudah jauh dari tempat tujuanku-maksudku tempat yang seharusnya aku turun dan ganti angkot. Ini dimana? Akhirnya aku memutuskan bilang "kiri" kepada si supir daripada aku di angkot terus, mau sampai kapan? Nanti aku ga bisa pulang lagi.

Aku turun dari angkot itu dan menyeberang. Karena, seperti kata bu guru, berjalan di sebelah kiri. Setelah berjalan cukup lama, aku mendengar seseorang mengatakan

"Eh, tau ga?"

"Ngga,"

"Ibuku hamil, lo. Aku bakal punya adek baru deh, hehe."

"Ah, biasa, aku punya adek tiga, dong."

"Ih enak, aku aja baru punya satu. Tapi entar kalo mama udah ngelahirin, bagi satu, dong."

Aku tekejut. Bukan karena anak yang punya tiga adik. Itu tidak ajaib, karena mungkin ada lagi yang lebih. Tapi, anak yang satunya yang katanya, ibunya itu sedang hamil. Aku menghampiri dua anak perempuan itu.

"De, ibunya suka makan mangga muda, ga?" tanyaku pada anak perempuan yang ibunya sedang hamil

"Ya, kalau lagi mau ya mau, kalo ngga ya ngga." Jawab anak itu dengan malu-malu

"Kalo sekarang lagi mau?" tanyaku lagi

"Eh, ngga tau. Tadi katanya mama lagi ngidam sate biawak sekarang." Jawab anak itu dengan bangganya, malu-malunya sudah diinjek-injek terus ditelen kali, ya. Jadi ga malu-malu lagi

"Oh, kalo besok suka makan mangga muda, ga?" aku bertanya lagi

"Kalo besok, mama maunya ngidam semur macan," jawab anak itu lagi

"Kalo lusa?" aku terus membombardir anak itu sampai aku menemukan hari yang pas

"Kalo lusa, mama maunya makan tumis cula badak." Jawab anak itu enteng

"Badak, kan dilindungi?" akhirnya teman dari anak itu ikut bicara juga

"Ah, ngga, ah. Buktinya di rumah papa suka melihara panda. Kalo mama emang sukanya sama yang gitu-gitu. Suka sama yang buas-buas, hehe." Anak itu menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak berkutu

"Kalo besoknya lusa?" tanyaku lagi

"Mama mau makan sop ceker elang," jawab anak itu

Lama kelamaan aku merasa bingung. Kok bisa ngidam direncanain akhirnya aku bertanya lagi "Kok ade udah tau kalo ibunya mau ngidam apa besok?"

"Kan ada jadwalnya," jawab anak itu enteng

Aku sweatdrop, teman anak itu ikutan juga. Author juga. Aku menyerah, lalu pergi. Tapi tanpa melupakan adat keluarga hyuuga aku mengucapkan "Terima kasih, kakak pergi dulu, ya."

Anak itu aneh, masa iya ngidam direncanain. Kocak abis. Mana makananya aneh-aneh lagi. Aku sih ga mau kalo disuruh makan gituan. Apalagi kalo dibayar setriliyun. Eh ngga deng, kalo dibayar setriliyun aku mau. Kan enak tuh, bisa beli makanan banyak terus bisa beli laptop quartu duo terus beli canon 50D 15,1 mp terus bisa juga beli baju banyak. Ah, jadi pengen.

Aku melanjutkan perjalananku menuju tempat adanya angkot 16 salabenda(2). Akhirnya perjalananku berakhir. Aku menemukan kumpulan angkot 16 di dekat rel kereta yang memang sudah sering kulewati kalau aku pulang sekolah naik angkot. Aku menyeberang lalu mencari angkot 16 yang banyak penumpangnya. Akhirnya, aku menemukan itu. Aku masuk ke dalam angkot itu. Kali ini, aku tidak akan tidur di angkot. Bisa rusuh kan kalo aku kelebihan angkotnya pas pagi-pagi. Bisa kena point aku.

Tak sampai duapuluh menit aku sudah sampai di depan pintu gerbang besar komplekku. Aku turun dari angkot setelah sebelumnya aku berkata "Kiri" kepada si supir angkot. Aku memberikan dua lembar uang seribuan lalu angkot itu pun pergi meninggalkanku yang kini sedang menyeberang menuju gerbang komplekku.

Komplek tempatku tinggal tidak bisa dibilang mewah. Dan menurutku memang biasa saja. Apalagi rumahku. Rumahku hanya rumah biasa yang bertingkat empat, mempunyai garasi—baik garasi motor, mobil, tronton (?), maupun pesawat jet keluarga—didepan rumahku dihiasi oleh air mancur bergaya klasik dan berlapis emas yang dibuat oleh pemahat tersohor Van Gough *kayaknya ada yang aneh deh, apa ya?* Interior rumahku juga tidak bisa dibilang mewah. Sofa seharga 500 juta yang dibeli ayahku di kanada memang tidak bisa dibilang mewah, apalagi lampu kristal yang menggantung di langit-langit ruang tamu dan ruang keluarga.

Kini aku sudah melewati ruangan-ruangan di tingkat pertama rumahku lalu memasukki lift yang terletak di dekat dapur tempat pelayan-pelayanku sedang memasak. Aku menekan tombol 2 yang tertera di dekat pintu lift itu. kini pintunya tertutup. Tak lama kemudian muncul bunyi "ting" kecil lalu pintunya terbuka. Aku berjalan melewati pintu yang terbuka itu. Kini aku sudah berada di gym tempat kakakku, neji, sering berlatih. Entah untuk apa. Mungkin untuk membentuk sixpack. Aku membuka pintu gym dan tampaklah ruang keluarga di lantai dua. Ruangan ini tak jauh berbeda dari ruang keluarga dibawah. Akhirnya aku sampai juga didepan pintu kamarku. Aku membuka pintu itu dan segera melompat menuju tempat tidurku yang nyaman. Lalu, tidur dalam balutan seragam.

You see, I never thought that I could walk trough fire
I never thought that I could take a burn
I never had a stregth to take it higher
Until I reached the point of no return

Dering ponsel di sakuku membangunkanku, namun aku masih belum mau bangun. Akhirnya aku abaikan ponsel itu.

And it's just no turnin' back
when your hearts under attack
gonna give everytihing I have
It's my destiny

Ponsel itu bandel. Belum mau berhenti juga. Masih ku abaikan ponsel itu.

I will never say never (I will fight)
I will fight 'till forever (make it right)
Whenever you knock me down
I will not stay on the ground
Pick it up, pick it up, pick it up (up up up)
And never say never

Ah, aku menyerah. Aku bangun dan menjawab panggilan seseorang di ponselku. Ah, ternyata Sakura.

"Halo," sapaku malas-malasan

"Hei, Hinata ibunya temannya tetanggaku lagi hamil!" kata Sakura sumringah yang dengan sukses membuatku terbangun seluruhnya.

"Yang benar Sakura? Kau sudah beritahu Ino? Sasuke dan Naruto?" tanyaku antusias

"Aku sudah beritahu semuanya, tinggal kamu." Terdengar sedikit nada kesal di ucapan Sakura. Namun sepertinya dia hanya pura-pura kesal. Karena detik berikutnya dia sudah tertawa lagi "Ahaha, Hinata, aku tidak kesal. Tadi aku sudah nelepon kamu sekali tapi kamu ga jawab. Jadinya aku telepon Naruto dulu, deh. Haha."

"Kalau begitu, mangga mudanya sudah kau kasih ke ibu itu?" tanyaku lagi

"Eum, belum, tuh." Jawab Sakura enteng

"Kenapa belum?" tanyaku lagi

"Ya, karena aku ga punya." Jawabnya lagi

"Beli, dong!" suruhku main-main

"Haha, sabar atuh. Besok abis pulang sekolah kita beli mangga muda di pasar, apa sekarang aja, ya?"

Aku melihat ke arah jam dindin di kamarku. Sudah jam 6 maghrib. "Kau gila, ya? Mana boleh keluar jam segini, lagian mana ada pasar buka jam enam? Kayaknya kamu deh yang harus diperiksa," kataku sambil menaruh jari telunjukku melintang di dahi, maksudnya sinting

"Ga beneran, kok. Yaudah, dadah. Besok kita ke pasar, ya?" tanya Sakura memastikan

"Oke," jawabku

Karena aku sudah tidak mengantuk lagi, akhirnya, kuputuskan untuk keluar dari kamar itu dan berjalan menuju dapur untuk kudapan sebelum makan malam.

How can u see into my eyes, like open doors?
Leading u down into my core
When I've become so numb
Without a soul, my spirit sleeping somewhere cold
Until u find it there end lead it back home

Bunyi alarm yang indah sekaligus membuat kesal orang yang sedang tidur itu berbunyi nyaring. Aku terbangun tanpa embel-embel apapun. Pukul 5 pagi. Memang sudah menjadi kebiasaan keluarga hyuuga untuk bagun di saat seperti ini. Lagipula, memang seharusnya seperti itu kan? Seorang pelajar SMP sepertiku memang harusnya bangun jam 5 pagi. Aku segera mengambil handuk yang tersimpan rapi di jemuran handuk di balkon kecil dekat kamarku lalu berjalan malas menuju kamar mandi.

"Hinataaaaaa~" terdengar teriakan nyaring dari Sakura dan Ino saat aku sudah sampai di kelas tercintaku kelas 7-8. Smooch

"Apaaaaa?" Aku balas berteriak

"Jadiii gaaaa ke pasaaaaaarnyaaaaa?" tanya Sakura, ralat, teriak Sakura

Kini aku sudah berada di dekat Sakura. Kurang dari satu meter kira kira.

"Jaaaaaadiiiii," aku membalasnya dengan teriak lagi, padahal aku sudah di dekatnya

"Yaudaaaah, bawa uangnyaaaa gaaaaa?" tanya Sakura lagi

"Alay WOI! Tereak-tereak!" kini Ino mengomeli kami berdua

"Haha, Ino sirik aja, ya? Ga diajak tereak-tereak wakaka," aku dan Sakura menertawai Ino

Terdengar suara pintu dibuka. Spontan, kami bertiga melihat kearah pintu. Oh, duo konoha rupanya. Sakura menyapanya dengan bahasa jepang yang tidak kumengerti. Mungkin mereka sedang membicarakan mangga muda yang kemarin Sakura bilang. Aku menatapnya dengan tatapan bertanya. Sakra tidak merespon. Duo konoha itu duduk di bangku mereka yang biasa. Di belakang bagku Sakura dan Ino. Kalau aku? Sebenarnya kami bertiga duduknya giliran. Hari pertama Sakura dengan Ino, hari kedua Ino denganku, hari ketiga aku dengan Sakura. Begitu seterusnya. Hari ini aku duduk dengan err.. Tenten tentu saja. Ah, tidak usah dipikirkan. Ga penting.

"Uang?" kini kami berlima sudah mau bersiap-siap menuju pasar yang berlokasi di dekat stasiun. Ah, dan tentu saja. Sekarang sudah jam dua siang. Kenapa kami bisa pulang jam dua siang? Itu karena kami berlima bolos ekskul. Ah, kalian jangan ikuti kami, ya? Kami ini kan kumpulan pelajar-pelajar malas bin kedul jadi ekskulnya bolos. Tapi ada satu ekskul yang tidak akan ditinggalkan, kecuali mendesak. Apa itu? Itu adalah ekskul E-Learning. Jadi, sebenarnya itu ekskul wajib untuk meningkatkan kemampuan IT siswa, tapi, ekskul itu disalahgunakan oleh siswa. Harusnya diberi tugas mengerjakan sesuatu. Tapi malah tidak dikerjakan, kebanyak siswanya malah asik online facebook, twitter haha macam-macam. Malah ada yang suka bikin fict. Ada tuh tuh –hinata nunjuk author-

"Hinata ada apa, sih? Dari kemaren senyum-senyum sendiri. Wah, jangan-jangan dia lagi mikirin Kiba. Hahaha," ocehan Ino sukses membuyarkan lamunanku tentang E-lear

"Siapa yang mikirin Kiba?" aku balik bertanya pada Ino dengan nada sok ketus

"Oke, kalau begitu kita siap menuju pasar!" Sakura meninju udara dengar kepalan tangannya. Untung udaranya ga bonyok. Coba kalo bonyok? Sakura bisa ditahan di penjara

Kami berlima berjalan beriringan menuju pasar yang memang jaraknya tidak terlalu jauh dari sekolah kami. Tak lama kemudian sampailah kami di pasar dengan kondisi alaminya, double B. Becek dan Bau.

"Sekarang, kita cari tukang mangga," sahut Sakura ditengah keramaian

Aku melirik Naruto dan Sasuke yang dari tadi hanya celingukan saja melihat kami bertiga. Atau mereka tercengan dengan pasar di Indonesia? Mungkin di jepan memang tidak sebagus Indonesia, tapi coba lihat? Kalau di Indonesia anak-anaknya makhluk ajaib semua. Kalau pulang sekolah hobinya keluyuran, kalau pulang ke rumah dimarahi pasti alasannya kerja kelompok. Padahal? Main ke rumah temen atau nonton di Mall. Haha, tapi tentu saja itu tidak berlaku padaku. Kenapa? Karena ayah ibuku tidak pernah tahu jadwalku. Mereka asyik dengan pekerjaan mereka sendiri. Yah, terserah mereka lah.

"Pak, ada mangga muda ga?" aku mendengar transaksi antar si penjual dengan Ino. Ino dari tadi diam saja. Baru sekarang aku mendengar dia bicara. Memang dih dia anaknya agak pendiam. Tapi walaupun pendian dia lumayan cantik, lo.

"Ngga ada, de. Disini ga jual mangga muda, kalau mangga mateng ada." Jawab si penjual. Naruto dan Sasuke masih cengok.

"Kalau disekitar sini ada yang jual mangga muda, ga?" Ino bertanya lagi pada si penjual

"Di pasar ini yang jual mangga cuma saya, de." Jawab si penjual

WOW! Ajaib! Penjual mangganya cuma satu di pasar! Wah, harusnya penjual mangganya masuk Museum Rekor Pasar aja, kan populasinya tinggal satu di pasar ini. haha, sudahlah

End of Hinata POV

Sakura menghembuskan napas menyerah. Ino dan Hinata pun begitu. Hanya dua orang yang tidak menyerah dan tidak putus asa. Mereka adalah Sasuke dan Naruto. Melihat gelagat tiga cewek didepannya, Naruto bertanya pada Sakura apa yang terjadi. Dan Sakura menjelaskan tentang ketidak adaanya mangga muda di pasar itu. Mau cari mangga muda dimana lagi? Naruto dan Sasuke mendengarkan secara seksama. Naruto akhirnya menghembuskan napas juga. Namun Sasuke masih belum menyerah rupanya. Ia melihat berkeliling untuk sekedar melihat tukang jualan mangga lagi. Namun nihil, memang tidak ada penjual mangga lagi selain penjual yang kini sedang bertransaksi dengan pembeli lain tak jauh dari mereka berlima.

"Oke, kalau begitu kita duduk dulu aja di pohon itu," sahut Hinata saat dia melihat peluh telah membasahi kemeja seragam Naruto dan Sasuke. Mungkin mereka belum terbiasa dengan suhu di Indonesia yang kadang panas banget kadang hujan deras banget.

Ino dan Sakura mengangguk sebagai tanda persetujuan. Sasuke dan Naruto juga ikut berjalan ke arah pohon itu. Akhirnya lelah kami terbuang juga bersama daun-daun yang berguguran dari pohon itu.

Duk

Terdengar bunyi seperti ada sesuatu yang jatuh dari atas sana. Maksudnya dari arah pohon. Mereka semua melihat ke arah sumber suara. WAH! Mereka tercengang melihat apa yang jatuh. Bukan sulap bukan sihir apalagi trik. VOILA! Itu adalah mangga!

Namun sayangnya itu mangga yang sudah matang. Akhirnya mereka memutuskan untuk memanjat pohon yang lumayan tinggi itu. Pertama-tama dilihat dulu di bagian mana berlokasi si mangga muda.

"Ah, ketemu! Itu ada mangga muda!" sahut Naruto dengan bahasa jepang tentunya. Sakura tersenyum sejenak lalu mentranslatekan omongan Naruto

Kedua, mereka voting, siapa yang akan memanjat pohon itu. Dan terpilihlah Sasuke sebagai duta pemanjat pohon mangga dari kumpulan siswa 7-8 aneh bin ajaib.

"Baiklah, baiklah," Sasuke malas-malasan memanjat pohon itu. 'Daripada ga balik ke badan sendiri, mending aku manjat pohon aja, deh.' pikir Sasuke

"Sasukeee!" Sakura memanggil Sasuke dari bawah. Terdengar jawaban seperti "Nani?" dari Sasuke "Kita beli Es krim dulu, ya?" izin Sakura pada Sasuke yang tentunya dengan bahasa jepang

"Naruto ikut, ga?" tanya Sasuke

"Ikut," jawab Sakura

"Yaudah sana, aku nitip, ya?" pinta Sasuke

"Oke, yang semangat ya nyari mangganya? Haha." Sakura tertawa-tawa lalu mengamit lengan Ino dan Hinata. Kalau Naruto dibiarin jalan sendiri.

"Aku mau yang jelly waw ah," Hinata mengambil es krim itu lalu membayarnya bersama yang lain. Tak lama kemudian terdengar suara "BRUK" yang berasal dari pohon mangga itu.

'Ada apa?' pikir mereka berempat 'Apakah Sasuke jatuh dari pohon? Ma-mana mungkin?'

TBC

Disclaimer : Be Myself In a Week © Hanaya Muchiniwa

Bring Me To Life © Evanescence

Never Say Never © Justin Bieber feat Jaden Smith

oke, chapter 6 selesai. Ada yang tau ga? Ini aku ngerjainnya jam setengah 4 subuh looo. Haha. Eh kenapa tuh Sasuke? Mati? TIDAAAAAAAAK Sasuke jangan mati. Haha spoiler? *readers : ga butuh*

(1)Jabs itu sama dengan PSK atau bahasa gaulnya JABLAY wkwk

(2)Salabenda itu nama daerah di bogor.

Hem, ceritanya tidak memuaskan? Hah, emang, author teh suka gini. Kebanyakan dialog? MWAHAHAHA ga usah nanya deh. Emang kebanyakan dialog. Ini mah namanya bukan fict tapi naskah dialog wkwk.

Tapi bagus kan? Ting ting *ngedip ngedip
Oiya, sekarang aku udah tau hobinya readers yang ini NGE DEATHGLARE AUTHOR! Ebuset pas aku bilang ceritanya bagus readersnya malah ngedeathglare wae. Tapi author dengan senang hati akan membantu readers kalo readers butuh bantuan. kan aku baik hati dan tidak sombong gitu *PLAK*

Kalau memang ceritanya jelek ga apa-apa, bisa dikasih masukkan atau saran

Kalau bagus? Silakan puji-puji author. Kotak pujian author sih emang udah mau penuh gitu, tapi ga apa-apa deh kalau kalian semua mau puji author *Jeger*

Oke, bacotan sekian terimakasih, enjoy bonusnya, ya! Oiya, ini diambil dari kisah nyata, tapi ada juga sih yang ngada-ngada. Ini waktu pas author sama temen-temen keluyuran pas mau ngambil rapot. Ahaha *readers : katanya bacotan udahan?*

BONUS

Sasuke : esumap, ye? ni anak udah kaya petasan banting ngamuk, kaga mau diem

Sakura : tau tuh

Naruto cuma garuk bagian belakang kepala yang ga gatel

Sakura : nih udah sampe loket beli tiket. aku tanya dulu ya tiketnya berapa kalo naik kereta sampe oto

Sakura : 2 ryo

Sasuke + Naruto : oke, nih -mengulurkan uang 2 ryo-

Sakura : nih tiket kalian, jangan ilang

Naruto : sekarang ngapain?

Sakura : nunggu kereta lah

Sasuke : tau ni si Naruto ga bisa diem

Naruto : lama ga?

Sasuke + Sakura : PS lu besok ilang

Naruto : hehe peace atuh

15 menit kemudian

Sasuke + Sakura + Naruto : ebuset lama amat keretanya

10 menit kemudian

Sasuke + Sakura + Naruto : aduh jamuran deh disini

5 menit kemudian

kereta jurusan konoha-oto sudah sampai

Sasuke : ayo buruan, nanti ketinggalan

Sakuraa + Naruto : yu

bonus TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar